Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nusa Tenggara Barat menargetkan penanaman pohon kayu putih seluas 40 ribu hektare sebagai upaya rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) di wilayah itu.
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) NTB, Syamsuddin mengatakan, penanaman bibit kayu putih merupakan bagian dari rehabilitasi hutan dan lahan yang ada di provinsi ini.
"Penanaman 40 ribu hektare bibit pohon kayu putih ini merupakan target keseluruhan di tahun 2022 untuk rehabilitasi hutan dan lahan (RHL), termasuk menutupi lahan kritis yang ada di NTB," ujarnya di Kota Mataram, Kamis.
Ia menjelaskan, penanaman bibit pohon kayu putih ini tidak hanya untuk rehabilitasi hutan dan lahan (RHL), namun juga ke depan diharapkan mendukung pengembangan industrialisasi hasil hutan bukan kayu berupa produk minyak kayu putih.
"Tapi untuk penanaman ini 40 ribu hektar tidak bisa kami lakukan sendirian, karena kemampuan finansial yang terbatas, sehingga kami menjalin kemitraan dengan pihak lain. Pengembangannya pun kami fokuskan di KPH-KPH, baik itu di hutan lindung maupun di kawasan yang sudah ada izinnya. Termasuk di lahan milik masyarakat dalam bentuk hutan rakyat," kata Syamsuddin.
Syamsuddin mengatakan, dari hasil kunjungannya ke KPH Pelangan Tastura beberapa waktu lalu, tanaman Kayu Putih di kawasan tersebut sudah siap dipanen. Di sana sudah ada bantuan dari Menteri LHK berupa mesin pengolahan minyak kayu putih dan sudah berproduksi. Begitu juga di KPH Rinjani Barat sudah ada pabrik mini pengolahan minyak Kayu Putih dan aktivitas usaha tersebut telah menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Pemda.
Ia menjelaskan, di dalam RPJMD NTB dari tahun 2019 hingga tahun 2023 mendatang, target penanaman pohon untuk memperbaiki lahan kritis sebanyak 152 ribu hektar selama lima tahun. Namun lagi-lagi karena kondisi fiskal yang masih terbatas, sehingga perlu menjadi atensi bersama untuk menangani kawasan yang kritis ini.
Misalnya dari anggaran dari Dana Alokasi Khusus (DAK) ditargetkan penanaman bibit pohon sebanyak 4.500 hektar, selanjutnya anggaran berasal dari perusahaan yang mengelola kawasan hutan melalui program Rehab DAS, para mitra Islamic Relief serta dari CSR perusahaan.
Meski demikian, lanjutnya tidak hanya dengan menanam pohon kayu putih, namun banyak jenis pohon keras yang ditanam untuk kebaikan lingkungan dan sekaligus untuk peningkatan ekonomi masyarakat.
"Pohon kayu putih ini hampir di semua tempat cocok, bahkan di kawasan bebatuan. Cuma bagaimana kita meyakinkan masyarakat yang menggarap itu. Sebab dominan-nya sekarang kan tanaman semusim. Misalnya di Sumbawa bagian timur, kami harus meyakinkan masyarakat agar mereka beralih ke tanaman kayu putih atau kelor," katanya.
Berita Terkait
Subaru ukir prestasi di ajang JDM Run Time Attack di Sirkuit Mandalika NTB
Rabu, 1 Mei 2024 19:54
Syarat calon Independen Pilkada Lombok Tengah capai 57.931 KTP
Rabu, 1 Mei 2024 19:25
Duet Zul-Rohmi jilid II final tatap Pilgub NTB 2024
Rabu, 1 Mei 2024 19:23
PLN-BI NTB manfaatkan limbah uang kertas jadi bahan Co-firing di PLTU Jeranjang
Rabu, 1 Mei 2024 12:45
Presiden Jokowi bagi-bagi sembako kepada warga di Mataram
Rabu, 1 Mei 2024 12:29
Polres Lombok Tengah libatkan 156 personel amankan kunjungan Presiden Jokowi
Rabu, 1 Mei 2024 12:27
Potensi hujan mulai berkurang di NTB pada awal Mei
Rabu, 1 Mei 2024 12:25
Presiden Jokowi bersepeda keliling Kota Mataram
Rabu, 1 Mei 2024 12:22