Sektor nontambang di NTB dioptimalkan guna dongkrak ekonomi

id pertumbuhan ekonomi,nusa tenggara barat,pdrb ntb,lapangan usaha pertanian,sektor perdagangan ntb,pertumbuhan ekonomi dae

Sektor nontambang di NTB dioptimalkan guna dongkrak ekonomi

Seorang petani berjalan di antara tanaman bawang merah dan selada yang tumbuh di Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Rabu (4/9/2024). (ANTARA/Sugiharto Purnama)

Mataram (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat menyarankan pemerintah daerah untuk mengoptimalkan lapangan usaha nontambang guna mendongkrak ekonomi di Nusa Tenggara Barat.

"Kita kejar terus (pertumbuhan ekonomi) terutama dari organisasi perangkat daerah yang membidangi ekonomi supaya di luar tambang bisa terus meningkat," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat Wahyudin di Mataram, Kamis.

Pada triwulan IV 2024, laju pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat dengan memasukkan lapangan usaha pertambangan mengalami minus 0,50 persen.

Sedangkan, laju pertumbuhan ekonomi daerah itu tanpa tambang masih tumbuh positif pada angka 3,74 persen.

Baca juga: Pergerakan sektor bukan tambang di NTB sangat agresif

Penurunan produksi konsentrat perusahaan tambang swasta di Pulau Sumbawa NTB pada Oktober-Desember 2024 membuat lapangan usaha pertambangan menurun atau minus 16,84 persen, jasa keuangan minus 8,91 persen, dan pengadaan air sebesar 0,61 persen.

Pada triwulan III 2024, pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat dengan tambang mencapai 6,22 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi tanpa memasukkan sektor tambang tercatat pada angka 3,86 persen.

Wahyudin menuturkan bila Nusa Tenggara Barat mampu mendongkrak lapangan usaha di luar tambang diproyeksikan mampu mendongkrak ekonomi menjadi lebih tinggi.

"Tidak hanya 3,74 persen tapi bisa lebih jauh lagi dari itu, terutama sektor yang memiliki share besar," ucapnya.

Baca juga: NTB menyusun strategi percepatan dan penguatan komoditas ekspor

Wahyudin mengungkapkan Nusa Tenggara Barat perlu mengembangkan lapangan usaha pertanian dan perdagangan yang memiliki kontribusi besar terhadap produk domestik regional bruto atau PDRB.

Distribusi lapangan usaha pertanian terhadap PDRB Nusa Tenggara Barat sebesar 20,06 persen dan lapangan usaha perdagangan sebanyak 14,47 persen. Adapun sektor pertambangan menyumbang 19,02 persen terhadap angka PDRB.

"Kalau Nusa Tenggara Barat bisa meningkatkan (sektor pertanian dan perdagangan), maka pertumbuhan ekonomi bisa meningkat tinggi," pungkas Wahyudin.

Baca juga: BI NTB mencari solusi penurunan ekspor nontambang