BMKG memprakirakan hujan kategori menengah di NTB terjadi mulai Oktober

id bmkg,prediksi musim hujan,hujan oktober 2025,nusa tenggara barat,musim hujan,hujan 2025,musim kemarau

BMKG memprakirakan hujan kategori menengah di NTB terjadi mulai Oktober

Peta prakirakaan curah hujan pada Oktober 2025 di Nusa Tenggara Barat. ANTARA/HO-BMKG

Mataram (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan hujan dengan kategori menengah hingga sangat tinggi di Nusa Tenggara Barat (NTB) terjadi mulai akhir Oktober hingga November 2025.

Kepala Stasiun Klimatologi NTB Nuga Putrantijo mengatakan curah hujan padaa Agustus hingga September 2025 masih diprakirakan rendah, sedangkan hujan intensitas menengah diprakirakan mulai turun pada Oktober 2025.

"Pada November, curah hujan diprediksi dalam kategori rendah hingga sangat tinggi berkisar antara 51 sampai lebih dari 500 milimeter per bulan dengan sifat hujan dengan sebagian besar kategori atas normal (AN)," ucapnya dalam pernyataan di Mataram, Kamis.

Musim hujan yang mulai masuk pada akhir tahun membuat risiko kebakaran hutan dan lahan berpotensi menurun. Namun, hingga periode tersebut tiba, masyarakat diminta tetap waspada serta melakukan konservasi air untuk mengurangi dampak musim kering.

Ia mengatakan musim hujan diperkirakan datang sesuai pola normal tahunan. Kondisi itu memperkuat peringatan agar masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan menghadapi risiko kekeringan yang masih berlangsung.

Pola hujan yang terjadi di Nusa Tenggara Barat turut dipengaruhi dinamika atmosfer global.

Baca juga: Tanaman tembakau di Lombok Tengah rusak akibat cuaca ekstrem

BMKG mencatat kondisi ENSO berada pada fase netral hingga akhir tahun sehingga tidak ada anomali ekstrem yang memicu percepatan ataupun keterlambatan awal musim hujan di wilayah tersebut.

Meski demikian, analisis hari tanpa hujan menunjukkan sebagian wilayah Nusa Tenggara Barat mengalami periode kering lebih dari 30 hari berturut-turut. Situasi itu menandakan risiko kebakaran hutan tetap tinggi sebelum turunnya hujan pertama.

Defisit curah hujan juga menurunkan cadangan air tanah. Dampak itu dirasakan tidak hanya pada sektor pertanian, tetapi juga pada ketersediaan air bersih bagi masyarakat, terutama di daerah pedesaan yang sangat bergantung pada sumber lokal.

Baca juga: Sebanyak 30 ribu jiwa terdampak banjir di Mataram

BMKG menyarankan petani menunda tanam padi hingga awal musim hujan untuk mencegah gagal panen, sementara pemerintah daerah perlu menyiapkan mitigasi berupa pasokan air bersih dan irigasi darurat.

"Seluruh wilayah di NTB (saat ini) masih berada pada periode musim kemarau. Masyarakat dihimbau untuk waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi, seperti angin kencang, kebakaran, dan kekeringan," demikian Nuga.

Pewarta :
Editor: I Komang Suparta
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.