Mataram (ANTARA) - Program Demonstration Plot (Demplot) Pupuk Kaltim kembali berhasil meningkatkan produktifitas pertanian masyarakat, khususnya komoditi bawang merah di Desa Mawu, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ditandai panen raya oleh Manajemen Pupuk Kaltim bersama Pemerintah Daerah setempat, pada Rabu (8/5) pagi.
Damrus, mewakili Kelompok Tani Ambalawi Jaya, mengatakan program Demplot dengan pola pemupukan berimbang menggunakan produk NPK Pelangi komposisi 16-16-16 dari Pupuk Kaltim, terbukti mampu memaksimalkan hasil pertanian bawang merah, dengan peningkatan produksi mencapai 30% atau 20 ton per hektare, dengan masa tanam 50 hari pada 4 perlakuan di atas lahan seluas 2 hektare.
Menurut dia, selama ini petani bawang merah di Kecamatan Ambalawi hanya mampu menghasilkan 15 ton per hektare, itu pun jika didukung cuaca cerah. Namun pada demplot kali ini, meski curah hujan terbilang tinggi, ternyata tidak mempengaruhi hasil panen yang jauh lebih signifikan. “Umbi bawang yang dihasilkan juga jauh lebih besar dari biasanya. Apalagi kalau musim hujan seperti saat ini, pasti banyak yang busuk. Tapi hasil demplot sepertinya tidak terpengaruh curah hujan dan panen tetap maksimal,” ujar Damrus.
Ditambahkannya, NPK Pelangi komposisi 16-16-16 sangat cocok dengan karakteristik lahan pertanian di Ambalawi. Bahkan para petani setempat yang sebelumnya hanya cenderung mengandalkan pupuk subsidi, mulai paham dengan keunggulan produk Non Subsidi dari Pupuk Kaltim tersebut. Meski harga lebih tinggi dari pupuk subsidi, namun hasil yang didapatkan jauh lebih maksimal, dengan penggunaan pupuk yang juga lebih hemat. Apalagi jika masa tanam normal selama 70 hari dilaksanakan, maka hasilnya dipastikan Damrus akan jauh lebih tinggi. “Sejak melihat hasil demplot ini, banyak petani Ambalawi yang mulai mencoba NPK Pelangi 16-16-16 untuk lahan mereka. Sebab hasilnya sudah mereka buktikan dan lihat langsung kesini (demplot),” tambah dia.
Peningkatan produktifitas bawang merah melalui demplot ini disambut antusias Pemerintah Kabupaten Bima melalui Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Indra Jaya. Diungkapkannya, hasil panen bawang merah yang mencapai 20 ton per hektare tidak pernah terjadi di Bima dalam 10 tahun terakhir. Jika pola pemupukan berimbang menggunakan NPK Pelangi berdasarkan demplot diterapkan petani secara konsisten, bukan hal mustahil Kabupaten Bima akan kembali meraih kejayaan sentra bawang merah di Indonesia. “Kita bisa belajar dari demplot ini, Pemerintah Daerah sangat mendukung petani menerapkan hal serupa pada lahan masing-masing, agar kejayaan Bima sebagai sentra bawang merah kembali kita raih,” ucap Indra Jaya.
Dirinya mengapresiasi upaya Pupuk Kaltim meningkatkan hasil pertanian bawang merah di Ambalawi dan berharap kegiatan serupa bisa dilaksanakan di lokasi berbeda, sehingga masyarakat Bima mampu memaksimalkan potensi lahan pertanian secara merata ke depannya. “Kami sangat merekomendasikan NPK Pelangi dari Pupuk Kaltim kepada masyarakat, sebab hasilnya sudah nyata kita saksikan Bersama. Pemerintah akan mendorong upaya serupa melalui para penyuluh di lapangan,” lanjut Indra Jaya.
Mewakili Manajemen Pupuk Kaltim, Manager Pemasaran NPK Tommy Johan Augusta, mengatakan demplot sengaja dilaksanakan dengan 4 perlakuan, terdiri dari satu perlakuan petani dan 3 perlakuan dari Pupuk Kaltim, guna mengukur efektifitas pola pemupukan dengan komposisi berbeda. Hal ini melihat pola pemupukan yang dilakukan petani setempat belum maksimal, sebab beberapa petani sebelumnya telah mencoba penggunaan NPK Pelangi komposisi 20-10-10, yang sejatinya diperuntukkan bagi tanaman pangan. Padahal untuk komoditas hortikultura seperti bawang merah, NPK Pelangi yang cocok dan dianjurkan yakni komposisi 16-16-16. “Misi demplot ini adalah untuk merubah mindset petani dari sebelumnya menggunakan komposisi 20-10-10 menjadi 16-16-16, karena peruntukannya beda meski namanya (NPK Pelangi) sama. Hasilnya juga jelas sangat berbeda,” terang Tommy.
Demplot ini bentuk tanggungjawab moral Pupuk Kaltim untuk mendorong produktifitas lahan dan hasil pertanian masyarakat, dengan mengedukasi langsung penggunaan pupuk secara tepat dan berimbang, agar hasil yang didapatkan juga lebih maksimal. Terlebih karakteristik lahan serta bibit bawang merah di Ambalawi berbeda dengan daerah lain, sehingga butuh pola pemupukan yang sesuai dalam mendukung produktifitas lahan. “Beberapa petani setempat juga sudah banyak belajar dan datang langsung melihat produktifitas demplot. Kalau ini dilaksanakan konsisten, kami yakin 20 ton per hektare rata-rata bisa dicapai petani bawang Ambalawi,” tutur Tommy.
Empat perlakuan demplot dilaksanakan Pupuk Kaltim di atas lahan seluas 2 haktare sejak Maret 2019, bekerjasama dengan Kelompok Tani Ambalawi Jaya. Perlakuan 1 (Petani), diterapkan pada lahan 0,25 Ha dengan komposisi pemupukan Urea (Prill Daun Buah) 300Kg/Ha, NPK Phonska 300 Kg/Ha dan Pupuk Daun 30 liter/Ha. Perlakuan II (PKT-1) pada lahan 0,25 Ha, dengan komposisi pemupukan Urea (Prill Daun Buah) 300Kg/Ha, NPK Pelangi (16-16-16) 300 Kg/Ha, Organik 5000 Kg/Ha dan Ecofert 40 Kg/Ha.
Perlakuan III (PKT-2) pada lahan 0,25 Ha, komposisi pemupukan Urea (Prill Daun Buah) 300Kg/Ha, NPK Pelangi (16-16-16) 300 Kg/Ha, Organik 5.000Kg/Ha, Ecofert 40 Kg/Ha dan Asam Humat PKT 4 liter/Ha. Serta Perlakuan IV (PKT-3) pada lahan 0, 25 Ha, dengan komposisi Urea (Prill Daun Buah) 300Kg/Ha, NPK Pelangi (16-16-16) 300Kg/Ha, Organik 5.000Kg/Ha, Ecofert 40 Kg/Ha, dan POC PKT 8 Liter/Ha.