NILAI TUKAR PETANI NTB NAIK 0,82 PERSEN
Mataram, 2/12 (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat (NTB), mencatat nilai tukar petani (NTP) di daerah ini pada Oktober 2009 mencapai 97,02 persen, meningkat 0,82 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS NTB Ni Kadek Adi Madri, di Mataram, Rabu, mengatakan kenaikan ini disebabkan peningkatan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,62 persen lebih besar dari pada indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,20 persen.
"Kenaikan NTP umumnya disebabkan naiknya harga-harga hasil produksi petani terutama komoditas tanaman pangan, perkebunan rakyat dan ternak," katanya.
NTP yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan.
NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
"Semakin tinggi NTP secara relatif semakin kuat pula kemampuan atau daya beli petani," katanya.
Ia mengatakan pada Oktober 2009, NTP pada subsektor tanaman padi dan palawija meningkat sebesar 1,51 persen, subsektor perkebunan sebesar 1,41 persen, subsektor peternakan 0,12 persen.
"Sedangkan sub sektor perikanan mengalami penurunan sebesar 0,01 persen dan subsektor hortikultura sebesar 0,44 persen akibat turunnya daya beli petani," katanya.
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di tujuh kabupaten di Provinsi NTB, NTP mengalami fluktuasi setiap bulan selama periode Januari 2008 - Oktober 2009.
NTP Provinsi NTB pada Oktober 2009 di bawah 100 persen yang berarti petani mengalami defisit atau penurunan daya beli karena kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga input produksi dan kebutuhan konsumsi rumah tangganya.
"Tinggi rendahnya NTP sangat dipengaruhi oleh gejolak harga, karena itu pengendalian faktor-faktor yang mempengaruhi gejolak harga tersebut sangat diperlukan," katanya.
Ia mengatakan dari 32 provinsi yang dilaporkan, perubahan NTP April terhadap Maret 2009 relatif beragam, yaitu terjadi kenaikan NTP di 19 provinsi, sedangkan 13 provinsi mengalami penurunan.
"Kenaikan NTP yang tinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 1,05 persen, sedangkan penurunan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Sumatra Barat 1,12 persen," katanya.(*)