Mataram (ANTARA) - Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon beserta rombongan gagal menemui penghuni asrama mahasiswa Papua di Jalan Kalasan Surabaya karena ditolak masuk pada Rabu siang.
"Kami datang ke sini sebenarnya ingin mendengarkan langsung apa yang sesungguhnya terjadi," ujar Fadli Zon ketika ditemui di depan asrama mahasiswa Papua di Surabaya.
Rombongan yang menggunakan patwal tiba sekitar pukul 11.30 WIB, kemudian dua anggota DPR RI yaitu Jimmy Demianus Ijie (asal Papua Barat) dan Willem Wandik (asal Papua) turun dari mobil, lalu mendekat ke pagar asrama, sedangkan Fadli Zon menunggu dari dalam mobil.
Sementara di pagar asrama, dipasang spanduk putih bertuliskan "Siapapun yang datang kami tolak".
Meski telah mencoba menyapa dari luar, namun tak ada satupun penghuni asrama yang keluar dan menerima rombongan masuk.
Ditunggu hingga sekitar 15 menit, kedua wakil rakyat tersebut kembali ke mobil, kemudian Fadli Zon keluar dari mobil untuk memberikan keterangan di hadapan wartawan.
Politikus asal Partai Gerindra itu mengaku legislatif sangat konsen dan prihatin terhadap peristiwa yang terjadi, yang salah satunya dimulai dari Surabaya, Malang dan daerah lain hingga ada insiden di Papua serta Papua Barat.
"Kami datang ke sini ingin bertemu adik-adik mahasiswa, lalu bertemu Pemprov Jatim sekaligus mengumpulkan informasi supaya mendengarnya langsung, bukan dari informasi yang berseliweran di media atau media sosial," ucapnya.
Pada kesempatan tersebut, Fadli Zon juga didampingi anggota DPR RI asal daerah pemilihan Papua lainnya, yaitu Michael Wattimena (Papua Barat) serta Steven Abraham (Papua).
Sementara itu, anggota DPR RI Jimmy Demianus Ijie saat hendak meninggalkan asrama mahasiswa Papua mengaku memahami dirinya bersama rombongan tidak diterima mahasiswa Papua.
Pihaknya akan tetap berupaya agar dalam waktu dekat bisa bertemu dengan mahasiswa Papua ini, salah satunya berupaya menggunakan cara-cara adat.
"Hari ini bukan berarti gagal, tapi hanya kesempatan yang tertunda. Mungkin kami datang secara tiba-tiba tanpa didahului proses adat. Mohon maaf kami kembali dulu ke Jakarta, nanti ke sini lagi," tutur politikus asal PDI Perjuangan tersebut.