Mataram, 5/3 (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tetap optimistis produksi padi pada 2010 akan meningkat meski angka ramalan I Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan produksi padi akan turun.
"Sesuai dengan skenario yang telah dirancang kami yakin bahwa produksi padi NTB akan meningkat cukup signifikan," kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB Pending Dadih Permana, di Mataram, Jumat.
BPS sebelumnya memperkirakan pada 2010 produksi gabah kering giling (GKG) mencapai 1,6 juta ton turun 10,31 persen dibandingkan 2009 sebanyak 1,87 ton.
Permana mengatakan perkiraan dari BPS itu tidak akan terbukti, bahkan berbalik yakni produksi padi pada 2010 akan meningkat lebih tinggi dibandingkan hasil produksi 2009, yakni mencapai 1,9 juta ton.
Menurut dia fenomena iklim yang terjadi saat ini memang berpotensi menurunkan angka produksi padi. Namun pihaknya telah mengantisiasi hal itu sehingga diyakini tidak akan berdampak signifikan terhadap produksi padi.
"Angka ramalan I produksi padi yang dikeluarkan BPS NTB masih pada awal tahun. Jadi masih ada rentang waktu yang cukup panjang untuk bisa mengetahui total produksi yang sebenarnya," ujarnya.
Ia memperkirakan panen raya padi akan terjadi pada April mendatang. Pada bulan itu diprediksi jumlah produksi padi akan naik dari 400 ribu menjadi 500 ribu ton gabah kering giling (GKG).
"Produktivitasnya juga meningkat mencapai 6,4 persen, jauh lebih tinggi dari ramalan BPS sebesar 4,7 persen," katanya.
Permana mengatakan pihaknya bersama seluruh Kepala Dinas Pertanian tingkat kabupaten/kota se-NTB sepakat untuk mengawal produksi padi pada 2010. Kesepakatan itu merupakan salah satu hasil rapat koordinasi yang digelar beberapa waktu lalu.
Ia mencontohkan di wilayah Labangka, Sumbawa, dalam skenario biasanya lahan yang ditanami seluas 11 hingga 12 ribu hektare, tetapi tahun ini bisa meningkat menjadi 17 hektare.
Peningkatan luas tanam itu tentu akan dapat menyumbangkan produksi yang relatif besar.
"Kami sudah minta kepada para petani memanfaatkan pompa air yang sudah dikirim untuk menyelamatkan padi jika sewaktu-waktu terjadi krisis air untuk mengairi tanamannya," katanya.
Permana juga mengimbau kepada para petani untuk selalu waspada terhadap perubahan iklim yang bisa memunculkan terjadinya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dapat merusak tanaman padi.
Menurut dia pada kondisi iklim seperti sekarang tanaman padi rentan terserang penyakit "blast". Hal itu disebabkan hujan yang tidak menentu.
"Saya sudah perintahkan agar seluruh petugas lapangan mendistribusikan obat-obatan untuk mengatasi serangan OPT kepada para petani sehingga mereka bisa mengantisipasinya sejak dini," ujarnya.
(*)