Mataram (ANTARA) - Badan Urusan Logistik Divisi Regional Nusa Tenggara Barat belum berani memenuhi permintaan beras dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 80.000 ton, meski pada 2010 akan menyerap sebanyak 215 ribu ton gabah.
Kepala Bidang Pelayanan Publik Bulog Divre NTB H. Abdul Hamid Mahmud Zaenal, di Mataram, Sabtu, mengatakan dari 215.000 ton gabah yang akan diserap, sebanyak 190 ribu ton untuk memenuhi kebutuhan masyarakat NTB, dan sisanya akan dikirim ke wilayah Bali sebanyak 30 ribu ton.
"Informasi gagal panen akan sangat berpengaruh terhadap serapan. Berapa jumlah yang bisa dibeli, kami akan lihat hasil akhir, karena itu Bulog belum berani memberikan kepastian mengirim beras ke NTT pada 2010," katanya.
Ia menjelaskan distribusi beras untuk wilayah NTB sebanyak 190 ribu ton tersebut sudah termasuk di dalamnya beras untuk warga miskin (raskin) sebanyak 87.000 ton.
Pihaknya juga sudah melakukan antisipasi terkait rencana pemerintah untuk menambah jatah raskin sebanyak dua kilogram setiap bulan untuk setiap kepala keluarga.
"Kami siap mengantisipasi jika keputusan itu jadi diterapkan. Langkah yang dilakukan adalah menambah serapan mencapai 100 ribu ton dengan jumlah stok penyangga sebanyak 30.000 ton, sehingga jumlah serapan tahun ini akan lebih besar dan melebihi target," ujarnya.
Mahmud mengatakan pihaknya telah membeli gabah petani sesuai dengan jadwal yang sudah direncanakan. Jumlah pengadaan gabah untuk tahap pertama yang berakhir pada Maret 2010 sebanyak 18 ribu ton.
Jumlah tersebut akan diperoleh melalui kontrak pembelian dengan 164 mitra yang bekerja sama dengan Bulog Divre NTB. Dari angka itu, baru terealisasi 12.000 ton, sisanya masih akan dipenuhi hingga akhir Maret.
"Pengadaan gabah tahap berikutnya selain dari para mitra juga akan melibatkan gabungan kelompok tani (Gapoktan). Kami menargetkan pembelian lebih tinggi, sehingga total pengadaan mulai April hingga Desember 2010 mencapai angka 215 ribu ton," katanya.
Mahmud memprediksi jika serapan gabah pada 2010 lebih rendah dari target yang ingin dicapai, kemungkinan akan menimbulkan dampak seperti gejolak harga beras.
"Harga tinggi bisa saja terjadi lagi, terutama dampak El Nino. Keterangan dari beberapa daerah, gagal tanam maupun gagal panen sudah ada, ini akan mempengaruhi ketersediaan beras," ujarnya.(*)