SEORANG PEMIMPIN GENG NARKOBA MEKSIKO DITANGKAP

id

MEXICO CITY (ANTARA) - Pasukan Meksiko telah menangkap seorang pemimpin geng narkoba Zetas di sebuah kota pariwisata Cancun di Karibea dan mempersalahkannya karena serangan mematikan di sebuah bar bulan lalu.

Tentara menangkap Jose Angel Fernandez akhir pekan lalu dan mengatakan ia memimpin operasi perdagangan dan pelaksanaan di Cancun serta di negara bagian Qintana Roo dan sekitarnya, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Militer mengatakan dalam satu pernyataan bahwa Fernandez telah memerintahkan serangan terhadap sebuah bar pada 31 Agustus di Cancun, yang menewaskan delapan orang, karena bar itu menolak membayar uang perlindungan.

Militer mempersalahkan Fernadez karena peningkatan cepat pemerasan di kota itu, mengatakan Zetas telah menggunakan pendapatan tersebut untuk membiayai perang mereka dengan kartel saingan mereka di Teluk.

Militer menolak mengatakan bagaimana Fernandez tertangkap, tapi menyatakan ia tertangkap dengan tiga orang lainnya, senjata, uang dolar dan peso, telpon genggam, kendaraan dan satu daftar nama orang dalam daftar gaji Zetas di Quintana Roo.

Cancun adalah salah satu tempat wisata penting Meksiko, terkenal karena pantai pasirnya yang putih dan dekat puing Maya, tapi juga merupakan kubu pertananan geng narkoba yang membawa masuk narkotika dari Amerika tengah dan Karibea.

Pertempuran antara kartel-kartel yang bersaing dan pasukan keamanan negara bagian telah menewaskan lebih dari 29.000 orang di Meksiko sejak Presiden Felipe Calderon melancarkan serangannya terhadap para kartel pada akhir 2006.

Banyak dari mereka yang tewas itu, polisi korup, pedagang narkoba dan tukang pukul. Para wisatawan AS dan Eropa tidak menjadi target mereka, tapi takut kekerasan narkoba yang meluas ke hotel-hotel berbintang di Meksiko, yang telah membuat sejumlah wisatawan menjauhinya dan mengancam industri penting Maksiko.

Dinamai menurut kode polisi Meksiko bagi para pejabat berpangkat tinggi, Zetas dipimpin oleh bekas pasukan khusus Meksiko yang beralih pihak bekerja untuk kartel Teluk pada akhir 1990-an, tapi yang sejak itu terpisah dari para bekas pegawai mereka, yang menimbulkan kekerasan yang mengerikan.(*)