INFLASI KOTA MATARAM DAN BIMA 0,45 PERSEN

id

          Mataram, 2/3 (ANTARA) - Laju inflasi gabungan Kota Mataram dan Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Pebruari 2009 mencapai 0,45 persen, lebih rendah dari laju inflasi pada Januari 2009 sebesar 0,61 persen.

         "Angka itu lebih rendah dari bulan sebelumnya, mudah-mudahan bisa terus ditekan," kata Kepala Badan Pusat Statistik NTB, Mariadi Mardian, di Mataram, Senin.

         Dia mengatakan, nilai inflasi tersebut terjadi karena adanya kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 2,32 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,74 persen.

         Selain itu, kelompok sandang sebesar 2,28 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,23 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,12 persen,

    Sementara kelompok yang mengalami deflasi adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas bahan bakar sebesar 0,60 persen dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 1,94 persen.

         Mardian mengatakan, kelompok bahan makanan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap angka inflasi pada Pebruari ini adalah cabe rawit dengan nilai sebesar 0,5906 persen.

         "Dari 20 komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi di Kota Mataram dan Kota Bima hanya cabe rawit yang paling tinggi sumbangan inflasinya dibandingkan komoditas yang lain," katanya.

         Pada Pebruari 2009 dari 66 kota yang menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat 53 kota mengalami inflasi dan 13 kota mengalami deflasi.

         Inflasi tertinggi terjadi di Kota Samarinda sebesar 1,62 persen dan inflasi terendah di Kota Manokwari sebesar 0,02 persen, sedangkan deflasi terbesar terjadi di Kota Pangkal Pinang 1,06 persen dan terkecil di Kota Banjarmasin dan Kota Tangerang sebesar 0,03 persen.

         Untuk Wilayah Bali dan Nusra yang mengalami inflasi adalah Kota Denpasar sebesar 0,98 persen, Kota Maumere 0,84 persen, Kota Bima 0,74 persen, Kota Mataram 0,37 persen, sedangkan Kota Kupang mengalami deflasi sebesar 0,73 persen.(*)