BI mengajak masyarakat bersinergi bangun optimisme pemulihan ekonomi

id BI,ntb,pemulihan ekonomi

BI mengajak masyarakat bersinergi bangun optimisme pemulihan ekonomi

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Nusa Tenggara Barat, Heru Saptaji. (Foto: ANTARA/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Nusa Tenggara Barat, Heru Saptaji mengajak semua masyarakat serta para pemangku kepentingan untuk bersinergi membangun optimisme pemulihan ekonomi di tengah pandemi COVID-19.

"Tantangan kita saat ini adalah wabah COVID-19, yang menyebar tidak hanya aspek kemanusiaan tapi juga aspek ekonomi. Sehingga kita mengalami masa sulit selama sembilan bulan," katanya di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Kamis.

Hal tersebut disampaikan seusai mengikuti pertemuan tahunan Bank Indonesia Tahun 2020, di Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTB di Jalan Pejanggik, yang berlangsung secara virtual dan dihadiri oleh Presiden RI Joko Widodo, sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju, Ketua MPR RI, Ketua DPR RI, MA serta Duta Besar Negara Negara sahabat.

Kegiatan tersebut menjadi forum komunikasi, penyampaian arah kebijakan BI tahun depan serta bentuk transparansi BI terkait pelaksanaan tugas atau pertanggungjawaban selama satu tahun.

Heru mengatakan, dampak pandemi COVID-19 dapat dilihat dengan terjadinya kontraksi terhadap ekonomi pada dua triwulan pertama Tahun 2020, tapi pada triwulan ketiga akhir sudah mengalami perbaikan ke arah pemulihan ekonomi.

Terkait dengan itu, pesan penting yang disampaikan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam pidato virtualnya, adalah bagaimana semua bersinerhgi bersama menjalankan peran dan fungsi serta berkolaborasi membangun optimisme pemulihan ekonomi.

"Tujuannya, agar kita bisa songsong dan capai kemanfaatnya seoptimal mungkin. Kalau kita semua tidak miliki optimisme, peluang akan redup dan hilang begitu saja, padahal peluang lebih besar dari tantangan yang ada," katanya.

Adapun beberapa bentuk konkret yang dilakukan BI dalam mendukung pemulihan ekonomi antara lain, kata Heru, bersinergi dalam konteks pembiayaan APBN, menjalankan kebijakan bersifat akomodatif terhadap pemulihan ekonomi nasional.

Selain itu, melakukan penurunan tingkat suku bunga menjadi 3,75 persen, dari 5 persen sebelum pandemi COVID-19 atau pada bulan Januari 2020. "Artinya, kita sudah mengalami lima kali penurunan tingkat suku bunga," katanya.

Karena itu, tambahnya, ke depan arah kebijakan yang diterapkan bersifat likuiditas yang longgar, suku bunga rendah dan pengendalian inflasi terukur serta stabilisasi nilai tukar yang terjaga.