Dinkes Mataram menyarankan guru tes cepat sebelum terapkan PBM tatap muka

id dinkes,sekolah, tatap muka,Kota mataram

Dinkes Mataram menyarankan guru tes cepat sebelum terapkan PBM tatap muka

Ilustrasi: sejak pandemi COVID-19 merebak mulai Maret 2020 di Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, pemerintah menerapkan kebijakan belajar dari rumah, sehingga sekolah sepi aktivitas. (Foto: ANTARA/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat menyarankan semua guru mata pelajaran dites cepat COVID-19, sebelum dilaksanakan kegiatan proses belajar mengajar (PBM) secara tatap muka di sekolah, untuk menghindari penularan virus mematikan itu.

"Untuk tes cepat guru, kita gunakan skala prioritas, yakni khusus untuk guru yang akan mengajar dan berhadapan langsung dengan siswa," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram dr H Usman Hadi menanggapi kebijakan pemerintah kota yang akan membuka sekolah dan melaksanakan PBM tatap muka pada Januari 2021 di Mataram, Kamis.



Ia mengakui jika melihat data dari Dinas Pendidikan Kota Mataram yang menyebutkan jumlah guru untuk tingkat TK, SD dan SMP mencapai sekitar 20 ribu orang.

Akan tetapi, mungkin jumlah itu termasuk tenaga administrasi yang ada di sekolah. Sementara sasaran tes cepat diprioritaskan untuk guru yang akan berhadapan langsung dengan siswa.

"Sebelum masuk sekolah, para guru bisa mendapatkan tes cepat gratis di 11 Puskesmas se-Kota Mataram, sedangkan guru yang berasal dari luar Kota Mataram tergantung dari kebijakan kepala daerah," katanya.

Menurutnya, saran tes cepat terhadap guru sebelum melaksanakan PBM tatap muka, berdasarkan dari pengalaman di pondok pesantren yang sudah melakukan PBM tatap muka, kasus reaktif dan positif ditemuakn kendati para santri sudah dites cepat sebelum masuk pondok.

"Ternyata setelah ditelusuri, penularan datang dari guru yang banyak melakukan interaksi di luar pondok pesantren. Karena itulah, yang perlu kita tes cepat adalah guru," katanya.

Dengan demikian, apabila ada guru yang terindikasi reaktif, guru bersangkutan akan disarankan melakukan isolasi mandiri, sampai hasil tes berikutnya nonreaktif.



Sementara usulan tes cepat untuk siswa yang berdasarkan data dari Dinas Pendidikan mencapai sekitar 60 ribu siswa. "Tes cepat antibodi tidak disarankan untuk anak-anak. Karena itu, sebaiknya kegiatan tes cepat diprioritaskan untuk guru," ujarnya.