Ambon (ANTARA) - Ratusan wartawan di Ambon yang tergabung dalam Maluku Media Centre (MMC) berdemonstrasi di depan Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Maluku di Ambon, Sabtu meminta pengusutan kematian Alfrets Mirulewan.
Mereka meminta Kapolda Maluku, Brigjen Polisi Syarief Gunawan, segera mengusut tuntas kasus kematian Pimpinan Redaksi (Pimred) Pelangi Maluku Alfrets Mirulewan, yang diduga dibunuh saat melakukan peliputan minyak ilegal di Pelabuhan Pantai Nama Wonreli Kisar, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), sekitar pukul 12.00 Selasa (14/12) lalu.
Pengunjuk rasa yang berkumpul di belakang Kantor Gubernur Maluku, Jalan Wim Rewalu, Kota Ambon, mulai bergerak menuju Mapolda Maluku di kawasan Batu Meja.
Di sepanjang ruas jalan yang dilewati, para wartawan menyanyikan lagu "Gugur Bunga" sebagai simbol keprihatinan yang mendalam atas tewasnya Alfrets Mirulewan (28).
Mereka juga membentangkan sejumlah spanduk, diantaranya bertuliskan "Kapolda Maluku Usut Tuntas Kematian Alfrets", "Wartawan Juga Punya HAM", serta "Hentikan Pembunuhan terhadap Wartawan di Maluku".
Setibanya di Mapolda di kawasan Batu Meja, pengunjuk rasa diterima Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Maluku, AKBP Johanis Huwae, bersama beberapa perwira lainnya di depan pintu gerbang.
"Kami minta Kapolda Maluku bersama jajaranya mengusut tuntas kasus tewasnya rekan kami, Alfets Mirulewan. Sebab pada malam pembongkaran BBM tersebut ada oknum polisi yang turut membeking penurunan BBM, bahkan oknum polisi tersebut sempat bersitegang dengan almarhum," kata Koordinator MMC, Insany Syahbarwaty.
Saat berorasi, Syahbarwaty juga menekankan bahwa tindakan kekerasan yang berujung pada kematian wartawan sangat mengancam kekebebasan pers di Maluku dalam menjalankan tugas untuk memberikan informasi kepada publik.
"Karena itu kami minta Kapolda menyampaikan melakukan penyelidikan dan memaparkan hasil temuan secara transparan kepada publik. Jangan ditutup-tutupi jika terbukti pembunuhnya adalaah oknum polisi," katanya tegas.
Mantan Koordinator MMC, Rudy Fofid, juga berorasi dan menyatakan wafatnya Alfrets Mirulewan tidak akan menyurutkan keberanian wartawan dalam menjalankan tugas, tetapi sebaliknya justru mengobarkan semangat mengungkap fakta dan kebenaran, khususnya yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak.
Fofid juga meminta para wartawan di Maluku selalu menjaga solidaritas serta meningkatkan kemampuan etika jurnalistik, terutama tata cara melakukan investigasi yang baik untuk meminimalisir tindakan kekerasan, pengancaman maupun intimidasi.
Alfrets Mirulewan, tewas mengenaskan di Pelabuhan Pantai Nama Wonreli, Kisar, MBD. Jenazahnya ditemukan Jumat dini hari sekitar pukul 03.00 WIT dengan sejumlah luka.
Almarhum meninggalkan seorang istri bernama Linda Sarak dan seorang anak, Graeni Mirulewan, yang berusia sembilan bulan .
Beberapa jam sebelum pergi untuk selamanya, Alfrets Mirulewan sempat menulis sebuah pesan di Facebooknya. Pesan itu "diposting" Alfrets pada 14 Desember pukul 15.50 WIT melalui telepon genggam.
"Makasih Tuhan buat penyertaanMU, krn begtu besar kasihMU sdh ble (boleh - red) brsama-sama dgn b di Kisar/MBD, dan tinggl mnghitung jam demi jam utk tingglkan Kisar kota kab MBD ini. Sisa waktu yg ada ini b serahkan ke dalam tangan Tuhan, Amin......" demikian pesan almarhum yang dikutip mentah-mentah dari laman Facebook-nya.(*)