Basarnas Mataram tangani 50 kecelakaan membahayakan nyawa manusia

id Basarnas Mataram,Kecelakaan Membahayakan,Perairan Laut

Basarnas Mataram tangani 50 kecelakaan membahayakan nyawa manusia

Tim SAR gabungan mengevakuasi jenazah seorang wisatawan yang meninggal dunia akibat tenggelam di pemandian air terjun Kalela Desa Jereweh, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB, Senin (11/1/2020). ANTARA/HO/Basarnas Mataram

Mataram (ANTARA) - Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Mataram Nusa Tenggara Barat menangani sebanyak 50 kecelakaan yang membahayakan nyawa manusia di perairan laut dan darat sepanjang 2020.

"Jumlah kecelakaan yang kami tangani sepanjang 2020 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 43 kejadian," kata Kepala Basarnas Mataram Nanang Sigit PH, di Mataram, Senin.

Ia menyebutkan sebanyak 50 kecelakaan yang membahayakan nyawa manusia sepanjang 2020, terdiri atas kecelakaan kapal sebanyak 23 kali dan kecelakaan kondisi membahayakan manusia sebanyak 27 kali. Sedangkan kejadian bencana skala besar dan kecelakaan pesawat terbang tidak ada.

Dari seluruh kejadian tersebut menyebabkan sebanyak 29 korban meninggal dunia dan 20 orang tidak ditemukan (hilang), sedangkan 110 orang berhasil diselamatkan.

"Yang menjadi korban adalah masyarakat yang memancing ikan dari atas tebing, orang lagi berswafoto, orang terbawa arus banjir, orang tenggelam di bendungan dan jatuh di sumur serta nelayan tenggelam," ujar Nanang.

Kepala Seksi Operasi dan Siaga Basarnas Mataram Muhdar menyebutkan jumlah korban meninggal dunia dan hilang akibat kecelakaan di perairan laut pada 2020 lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 21 orang meninggal dunia dan 11 orang tidak ditemukan.

Menurut dia, hal itu disebabkan masyarakat kurang memperhatikan keselamatan dan tidak memakai alat pelindung diri di laut, seperti tidak menggunakan baju pelampung atau alat apung lainnya, dan tidak menggunakan alat komunikasi, serta korban tidak bisa berenang.

"Selain itu, masyarakat tidak patuh terhadap imbauan, baik dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) maupun aparat lainnya," katanya.

Dalam upaya pencarian dan pertolongan, kata dia, pihaknya dihadapkan pada berbagai kendala, seperti terlambatnya laporan dari warga, cuaca yang kurang mendukung dan keterbatasan komunikasi dengan korban.

Oleh sebab itu, menurut Muhdar, perlu adanya sosialisasi dari aparat terkait dengan melibatkan anggota dari Basarnas, terkait dengan penggunaan alat pelindung diri, khususnya ketika melakukan aktivitas di perairan laut.

Instansi terkait di daerah juga perlu mengedukasi para nelayan agar membekali diri dengan alat komunikasi, seperti radio atau telepon genggam.

Para pihak terkait juga perlu secara rutin untuk mengedukasi masyarakat, khususnya para nelayan agar memperhatikan imbauan BMKG terkait cuaca ekstrem di perairan laut.

"Kami juga mengimbau kepada masyarakat untuk memperhatikan larangan atau rambu-rambu di perairan laut, terutama di tempat-tempat wisata yang ramai dikunjungi," ucap Muhdar.