DEDE YUSUF KRITISI SUASANA HARI FILM NASIONAL
Bandung (ANTARA) - Wakil Gubernur Jawa Barat H Dede Yusuf mengkritisi para pengelola bioskop di daerahnya yang mayoritas masih memasang gambar dan memutar film-film impor khususnya produksi Hollywood pada Hari Film Nasional 30 Maret 2011.
"Rasanya kurang pas jika pada Hari Film Indonesia ini, masih tampak sejumlah bioskop yang memajang poster film Hollywood. Ya seharusnya minimal tiga hari tidak menggelar itu," kata Dede Yusuf pada diskusi film terkait Hari Film Nasional 2011 di Bandung, Rabu.
Kondisi tersebut, kata Dede, sangat ironis pada saat bersamaan menjadi Hari Film Nasional yang berusaha untuk mengembalikan kejayaan dan popularitas film produk di dalam negeri.
"Semestinya kali ini selama tiga hari tanpa film asing, sehingga muncul rasa kecintaan terhadap film nasional," katanya.
Menurut Dede, bioskop merupakan ujung tombak bagi meningkatkan kembali kecintaan pada film nasional. Untuk itu, perlu ada pengaturan tentang pemutaran film, di mana bila dalam satu gedung terdapat tiga ruang bioskop, satu disisihkan untuk ruang memutar film nasional.
Ia menyebutkan, film-film asing selama ini masih mendominasi minat pengunjung bioskop, namun di lain pihak perlu adanya upaya untuk mengembalikan kecintaan dan minat menonton film nasional yang beberapa diantaranya memiliki kualitas yang cukup tinggi.
Pada kesempatan itu, Dede Yusuf juga mendorong agar muncul film-film kedaerahan yang mengangkat muatan lokal dan potensi-potensi daerah.
"Sayang saat ini masih ada segelintir orang yang menganggap pembuatan film daerah oleh pemerintah daerah sebagai sebuah pemborosan, sedangkan film-film tentang arwah begitu derasnya di pasar film nasional," kata Dede Yusuf.
Ia mengajak masyarakat untuk ikut memberikan dorongan kepada pemerintah pusat dan insan perfilman untuk mendorong pembuatan film daerah.
Ia menyebutkan, perlunya pemerintah mendorong pelaku film nasional untuk mengangkat keanekaragamana budaya daerah.
"Masyarakat perlu didorong untuk kembali membuat masyarakat menemukan kecintaan kepada film nasional seperti mereka cinta dan ingin menonton film Si Kabayan, Lutung Kasarung, Macan Kemayoran dan lainnya," kata mantan artis sinema itu.
Pada kesempatan itu, Dede yang juga lahir dari dunia sinema mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menyebarkan dan memupuk pesan menumbuhkan rindu terhadap film daerah.
"Film daerah tidak mesti berbahasa daerah saja, bisa berbahasa Indonesia namun tema dan alur ceriteranya bisa mengekspose kekayaan karakter dan budaya daerah," katanya.
Selain itu, Dede Yusuf juga mendorong tumbuhnya film-film independen atau yang biasa disebut film pendek. Film-film tersebut memberikan ruang untuk bisa mengekspresikan kekayaan dan pesan daerah atau tema-tema khusus uang unik dan khas.
Peringatan Hari Film Nasional di Bandung digelar di Bioskop Regent Jalan Sumatera Kota Bandung. Kegiatan yang dikaitkan untuk menyongsong Festival Film Bandung 2011 itu juga diisi dengan penayangan film "tempo doeloe" berjudul Darah dan Doa karya Usmar Ismail.
Selain itu juga digelar film pendek atau film independen, Dodol Garut dan Kampung Naga.
Sedangkan diskusi film bertema "Membangkitkan Kecintaan Budaya Daerah Melalui Sineas Independen", menampilkan pembicara H Dede Yusuf, Ki Haryono (IKJ) dan Ketua Forum Film Bandung H Eddy D Iskandar, yang juga seorang novelis.(*)