KONTRAKTOR PELAKSANA PLTU BATUBARA LOMBOK KURANG PENGALAMAN

id

     Mataram, 30/9 (ANTARA) - Manajemen PT PLN menilai kontraktor pelaksana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara di Dusun Taman dan Dusun Jeranjang, Desa Kebon Ayu, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, masih kurang pengalaman.

     "Leadernya kurang berpengalaman, bahkan dua dari tiga perusahaan konsorsium itu belum punya pengalaman konstruksi PLTU," kata Manager Unit Pelaksana Konstruksi Pembangkit dan Jaringan Nusa Tenggara II PT PLN (Persero) M Dahlan Djamaludin, di Mataram, Jumat.

     Dahlan mengemukakan hal itu ketika menjelaskan progres pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 1 Lombok berkapasitas 1 x 25 MW yang dibiayai oleh APBN sesuai DIPA Kementerian ESDM tahun anggaran 2009.

     Sejak 30 April 2009, pemerintah mulai membangun PLTU Batubara di dua lokasi masing-masing di Dusun Taman dan Dusun Jeranjang, Desa Kebon Ayu, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, yang diawal pembangunanya ditargetkan beroperasi pada triwulan kedua dan ketiga tahun 2010, namun pada kenyataan hingga kini belum juga terealisasi.

     PLTU yang dibangun di Dusun Taman dinamakan PLTU 1 Lombok  berkapasitas 1 x 25 MW yang dibiayai oleh APBN sesuai DIPA Departemen ESDM tahun anggaran 2009,dan ditargetkan beroperasi pada triwulan kedua tahun 2010, yang kemudian terulur dan ditargetkan kembali akan rampung akhir 2011.

     Total biaya pembangunan PLTU 1 Lombok itu sebesar Rp296,3 miliar, dan khusus tahun anggaran 2009 pelaksanaan proyek tersebut mendapat dukungan dana stimulus sebesar Rp68,8 miliar selain alokasi DIPA reguler tahun 2009 sebesar Rp64,2 miliar.

     Pelaksanaan proyek PLTU 1 Lombok itu dipercayakan kepada perusahaan konsorsium yang terdiri dari PT Wasa Mitra Engineering, PT Twink Indonesia dan PT Ciria Putra Sinergi. 

     Sementara PLTU di Dusun Jeranjang dinamakan PLTU 2 Lombok berkapasitas 2 x 25 MW yang dibiayai dari anggaran PLN (APLN) yang juga merupakan bagian dari Program Percepatan 10 ribu MW Tahap I, yang juga semula ditargetkan rampung akhir 2010, namun terulur dan diperkirakan baru akan rampung paling cepat pertengahan 2012.

     Pembangunan PLTU 2 Lombok itu dipercayakan kepada PT Barata Indonesia (Persero) dengan sistem "turnkey" (EPC), dengan nilai kontrak yang terbagi dalam dua bagian mata uang yakni sebanyak 30,7 juta dolar AS dan Rp354,3 miliar.

     Menurut Dahlan, konsorsium pelaksana pembangunan PLTU Lombok 1 merupakan kalangan swasta yang dinilai kurang berpengalaman, setelah mengamati cara kerjanya di lapangan.

     "Berbeda dengan kontraktor pelaksana PLTU Lombok 2 yakni PT Barata Indonesia (Persero) yang merupakan perusahaan BUMN," ujarnya.

     Ia mengatakan, dari tiga perusahaan konsorsium yang mengerjakan PLTU Lombok 1, yakni PT Wasa Mitra Engineering, PT Twink Indonesia dan PT Ciria Putra Sinergi, hanya PT Wasa Mitra Enginering yang punya pengalaman proyek PLTU, dua perusahaan lainnya sangat minim pengalaman.

     Hal itu terlihat dari cara mendistribusikan material yang diimpor dari China, dan pilihan kualitas material.

     "Cara mengambil keputusan pun terkesan lamban dan tidak profesional. Padahal, proyek PLTU itu bernilai ratusan miliar," ujar Dahlan.

     Pada awal Mei 2010, Direktur Utama PT PLN Dahlan Iskan juga sempat menyatakan kekecewaannya terhadap kontraktor pelaksana proyek PLTU Lombok 1 itu, setelah melihat beragam ketidakberesan dalam pelaksanaan di lapangan.    

     Bahkan, saat itu Dahlan Iskan sempat mengancam akan membatalkan proyek PLTU Batubara itu, karena meragukan kontraktor pelaksananya.

     "Terus terang saya ancam akan membatalkan kontraknya itu karena tidak peroleh keyakinan kuat bahwa itu bisa selesai cepat," ujar Dahlan Iskan, seusai pertemuan silaturahmi dengan jajaran PLN Wilayah NTB pada 3 Mei 2010 itu.

      Dahlan Iskan kemudian menarik kembali ancaman itu setelah menemui kontraktor pelaksana proyek PLTU itu dan mendapat keyakinan proyek tersebut akan terlaksana sesuai harapan. (*)