Mataram, 20/11 (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) meningkatkan pengawasan gudang beras terkait sinyalemen penimbunan beras untuk kepentingan bisnis, yang memicu lonjakan harga di pasar.
"Pengawasannya ditingkatkan, ada kemungkinan penimbunan beras sehingga harganya di pasar melonjak," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Nusa Tenggara (NTB,) Lalu Imam Maliki, di Mataram, Minggu.
Ia mengatakan, peningkatan pengawasan gudang-gudang beras yang ada di wilayah NTB itu telah disampaikan kepada Komisi II DPRD NTB, saat rapat dengar pendapat yang digelar, Jumat (18/11).
Pengawasan gudang beras itu juga merupakan langkah antisipasi terhadap kekurangan stok di pasaran, menjelang Natal dan Tahun Baru 2012.
"Pengawasannya dilakukan bersama dinas teknis terkait di jajaran Pemprov NTB dan Bulog. Jika memungkinkan kami libatkan aparat berwajib jika pengelola gudang beras tidak kooperatif," ujarnya.
Menurut Imam, NTB merupakan salah satu daerah surplus beras sehingga semestinya tidak perlu ada kekhawatiran kekurangan stok di pasar-pasar rakyat, dan tidak perlu terjadi lonjakan harga karena stok tersedia.
Mengacu kepada data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga akhir 2010 NTB surplus beras lebih dari 600 ribu ton, karena ada perluasan areal tanam dan kenaikan produktivitas padi sawah maupun padi ladang setiap musim tanam.
Surplus beras NTB yang sudah dicapai pada tahun 2009 yakni sebanyak 526.928 ton karena mampu memproduksi 1.879.641 ton Gabah Kering Giling (GKG) atau setara dengan 1.054.248 ton beras.
Surplus beras itu diketahui setelah mencermati situasi konsumsi penduduk NTB sebesar 121,7 kilogram/kapita/tahun.
Produksi padi di wilayah NTB tahun 2009 yang mencapai 1.879.641 ton GKG itu mengalami peningkatan sebesar 7,37 persen jika dibandingkan dengan tahun 2008 yakni sebanyak 1.750.677 ton.
Dari data BPS itu, diketahui kenaikan produksi padi yang cukup tinggi terjadi pada padi ladang yang mencapai 12,2 persen dan sedangkan padi sawah 6,8 persen.
Produksi padi di musim panen 2011 juga diprediksi mengalami peningkatan yang signifikan sehingga ditargetkan produksinya hampir mencapai dua juta ton.
Pada kenyataannya, kata Imam, pada saat-saat tertentu harga beras melambung dan pedagang mengklaim stok terbatas.
Sejak sepekan terakhir ini, harga beras medium di pasar-pasar tradisional di Kota Mataram, mencapai Rp8.000 per kilogram, yang meningkat signifikan dari biasanya sebesar Rp5.500 hingga Rp6.000/kilogram.
"Ada kesan penimbunan beras, karena produksi beras jauh melebihi kebutuhan, namun dilaporkan stok terbatas di pasaran sehingga harga naik. Makanya pengawasan di gudang-gudang beras perlu ditingkatkan," ujarnya.
(*)