Magelang (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) bakal mengirim tim ahli untuk meneliti Prasasti Pucangan yang bercerita tentang silsilah Raja Erlangga di Museum India kata Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid.
"Tim ahli mungkin dua orang, satu substansi dari prasasti itu, satunya lagi yang fokus pada penelitian asal-usul prasasti itu kenapa sampai bisa ke sana," katanya di Magelang, Rabu. Ia menyampaikan hal tersebut usai meninjau hasil karya seni pada Festival Indonesia Bertutur yang dipamerkan di Museum H. Widayat Kabupaten Magelang. Menurut Hilmar, nantinya penelitian itu sampai pada kesimpulan dan menghasilkan rekomendasi.
Berbicara mengenai pengembalian prasasti tersebut sebenarnya sudah dimulai tiga tahun yang lalu oleh KBRI berbicara dengan pejabat Kementerian Kebudayaan India dan dalam pertemuan itu sudah dinyatakan bahwa dari pihak India tidak ada keberatan seandainya Indonesia meminta benda itu dikembalikan ke Indonesia.
Ia menyampaikan prosesnya tentu berusaha secepat mungkin, seperti lazimnya pengembalian dalam kasus benda-benda dari Belanda itu memang makan waktu. Mudah-mudahan November tahun depan saat berlangsungnya KTT G20 di India prasasti itu sudah bisa dieksekusi.
"Ada teman-teman yang ingin lebih cepat, kalau saya maunya besok, tetapi kenyataan di lapangan segala macam proses perlu menyiapkan dokumentasi, melakukan riset yang benar, kesepakatan dan seterusnya memerlukan waktu," katanya. Ia mengatakan prasasti itu di India ada di dalam gudang, kondisi baik. "Paling tidak waktu kemarin saya ke sana itu ada di dalam gudang, tetapi di bagian koleksi yang sedang disiapkan untuk dipamerkan," katanya.
Baca juga: Kearifan lokal ajarkan G20 jalankan hidup berkelanjutan
Baca juga: Kemendikbudristek sebut Program Bangkit luluskan 2.517 talenta digital
Berdasarkan keterangan dari pihak Museum India memang ada rencana untuk memamerkan Prasasti Pucangan dulu, setelah mengetahui arti penting dari prasasti itu kemudian memang mengambil langkah-langkah untuk memastikan keamanannya, keutuhannya, jadi dalam keadaan terawat.
Hilmar menjelaskan prasasti itu isinya silsilah Raja Erlangga dan juga berbagai peristiwa yang terjadi pada masa kepemimpinan Raja Erlangga abad XI. Prasasti itu dalam dua bahasa, satu sisi bahasa Sansekerta dan satu sisi lagi bahasa Jawa Kuno.
"Hal itu justru menunjukkan kerja sama memang mutlak diperlukan karena pihak India yang bisa Sansekerta dan pihak Indonesia yang Jawa Kuno. Jadi nanti lihat kesimpulan dari para ahli itu beserta rekomendasi tentu kami komunikasikan ke teman-teman media," katanya. Ia menyampaikan prasasti itu sudah 208 tahun di India, karena dibawa dengan kapal pada tahun 1814.*