NTB LARANG PASOKAN ITIK DARI LUAR DAERAH

id

Mataram, 15/1 (ANTARA) - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melarang padokan itik dari luar daerah, terutama dari tiga provinsi di Indonesia tempat ditemukannya jenis virus flu burung varian baru, yakni Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur.

"Sekarang itik sama sekali sudah tidak boleh masuk NTB, bahkan perpindahan itik antarpulau dalam wilayah NTB pun tidak boleh," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB Hery Erpan Rayes, di Mataram, Selasa.

Erpan mengatakan, pihaknya telah memerintahkan petugas PDSR (Particpatory Diseas Survillence and Response) untuk melakukan "monitoring" dan "surveyland" ke daerah-daerah, guna melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap ternak unggas yang masuk, terutama itik dan ayam dari luar daerah NTB.

"Setiap ternak unggas yang masuk ke NTB, harus betul-betul di cek kesehatannya melalui uji laboratorium, dan melaporkan segera jika ditemukan kasus kematian pada itik dan ayam," ujarnya.

Larangan tersebut, kata Erpan, merupakan bagian dari langkah antisipasi terhadap penyebaran virus flu burung atau Avian Influenza (AI) varian baru yakni clade 2.3.2. yang diperkirakan masuk ke Indonesia sejak dua bulan terakhir.

Virus AI varian baru itu berbeda dengan varian sebelumnya yakni 2.1, yang hanya patogen pada ayam dan burung. Varian calde 2.3.2. diyakini bersifat lebih patogen, dan menyerang itik dan ayam kampung.

Semenjak ditemukannya virus AI varian baru itu, kematian itik dan kemudian ayam kampung cukup tinggi.

Varian baru itu bukan merupakan hasil mutasi dari virus AI clade 2.1 yang sebelumnya sudah mewabah di Indonesia.

Selama ini, virus flu burung H5N1 clade 2.1 berubah menjadi varian 2.1.1, 2.1.2, dan 2.1.3. Khusus 2.1.2. dan 2.1.3. juga menginfeksi ke manusia. Sejak 2008, varian 2.1.3 banyak ditemukan pada hewan dan manusia, yakni sekitar 80 persen.

Sejak pertamakali ditemukan pada 2003, belum ada informasi di Indonesia telah ditemukan virus flu burung varian selain 2.1, apalagi 2.3.2. Virus itu pertamakali ditemukan di Brebes, Jawa Tengah.

Versi Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis, ada tiga kemungkinan masuknya clade 2.3.2 ke Indonesia, yakni impor atau luar negeri, migrasi burung liar, dan mutasi genetik.

Dugaan impor virus varian baru itu kemudian dihubung-hubungkan dengan aksi terorisme di Indonesia, yang kemudian disebut bioteroris, meskipun dibantah pemerintah.

Varian clade 2.3.2 itu disebut-sebut masuk dari China yang telah bermigrasi ke arah barat hingga India lalu ke Eropa. Migrasi juga ke arah selatan sehingga Sumatera (Indonesia) disebut-sebut sudah tersebar hingga dilaporkan ditemukan di Pulau Jawa.

Varian 2.3.2 itu banyak ditemukan di Asia sebelah barat dari Danau Qinghai (China), yang dikaitkan dengan burung migrasi, sehingga varian itu juga ditemukan di bagian timur Asia, seperti Hongkong, Korea, Jepang, bahkan sampai di Bulgaria.

Varian 2.3.2 juga disebut-sebut punya kedekatan dengan virus sejenis dari Qinghai (China), Rusia, Mongolia, India, dan Vietnam.

"Karena belum ada indikasi itik peliharaan di wilayah NTB tertular virus AI varian baru itu, maka langkah-langkah antisipasi hari lebih ketat," ujar Erpan. (*)