Keong mas, dahulu kala dianggap sebagai hama bagi petani karena satwa ini memiliki perilaku keluar pada malam hari saat udara masih dilingkupi kelembapan tinggi, dan memakan batang-batang tanaman di areal persawahan.
Perlahan-lahan, seiring dengan pengetahuan masyarakat tentang kandungan kalsium, protein, kalori, karbohidrat, fosfor serta rendahnya kandungan kolesterol dalam daging satwa itu, membuat sikap antipati berubah menjadi suka hati pada keong mas.
"Sudah dua tahun terakhir ini saya membudidayakan keong mas. Ini mungkin pilihan usaha yang tidak biasa. Namun justru karena pembudidayanya masih minim, sedangkan hasilnya maksimal, membuat saya mantap terjun sebagai pembudidaya keong mas," kata Nurdin Sukarja, pembudidaya keong mas di Soreang, Bandung, Jawa Barat.
Pria yang akrab dipanggil Ibo ini menuturkan, awal keterlibatan dirinya berbisnis keong mas, dikarenakan mengamati beberapa temannya yang memiliki usaha ternak bebek, mengeluh sebab merasa kesulitan mendapatkan keong untuk dijadikan pakan campuran.
Keluhan inilah yang menginspirasi Ibo untuk membuka usaha keong mas, yang pertamanya untuk menyuplai teman-temannya peternak bebek, tetapi kini malah berkembang lebih luas karena peminatnya bertambah banyak.
Modal Minim
Membudidayakan keong mas, bisa menggunakan modal minim. Seperti pengalaman Ibo, yang memulai membudidayakan satwa itu pada tahun 2011 dengan modal Rp1 juta. Modal usahanya terbilang kecil, karena Ibo meminjam kolam kepunyaan salah seorang kerabatnya.
"Jadi modal Rp1 juta itu, digunakan untuk membayar pegawai yang membantu untuk menangkap keong di rawa. Setelah keong ditangkap, lalu dimasukkan ke dalam kolam menunggu masa pembesaran," ujar pria yang dikenal ulet ini.
Ibo mengaku lebih suka menangkap keong di rawa-rawa atau waduk, dikarenakan di kawasan ini bisa mencari keong sepanjang waktu. Sedangkan kalau mencari keong di persawahan, ada masa kering dan basah, disesuaikan dengan musim tanam padi.
Rawa tempat menangkap keong mas terletak di area sekitar tempat tinggalnya, di mana pegawai Ibo, yang sering disebut tim, akan mencari setiap hari. Lama masa pencarian berlangsung sekitar tujuh jam. Selama masa itu, tim akan mendapatkan paling tidak 1-3 ton keong mas berbagai ukuran. Sebagai upah, pegawai akan memperoleh Rp500/kg keong mas.
Setelah ditangkap, keong menjalani masa pembesaran di kolam selama dua minggu, barulah keong mas siap dijual kepada konsumen. Harga jual yang ditetapkan Ibo disesuaikan dengan ukuran keong. Untuk keong berukuran besar, cangkangnya tidak kurang dari 2 cm, dijual seharga Rp3 ribu/kg. Keong yang berukuran lebih kecil ditawarkan Rp2.500 per kg.
"Dalam waktu seminggu, kami bisa menjual sampai 2-4 ton keong mas ke konsumen. Sebenarnya, seberapapun jumlah yang saya siapkan, selalu diserap pasar karena sekarang masyarakat lebih suka makanan alami. Dan daging olahan keong mas ini memiliki sejumlah khasiat untuk kesehatan, seperti mengatasi penyakit liver," katanya.
Pemasaran Keong
Jika pada mulanya, Ibo memasarkan keong mas kepada teman-temannya yang memiliki usaha ternak bebek, belakangan lelaki itu memperluas pemasaran. Ibo makin intensif menawarkan keong mas di rumah makan atau pasar di kawasan Bandung.
Pemasaran keong mas yang sekedar dari mulut ke mulut, kini tidak hanya dikenal di kawasan Soreang, melainkan lebih jauh merambah konsumen ke daerah Purwakerta dan Cianjur, Jawa Barat.
Bagi konsumen yang ingin memesan keong mas, Ibo memberlakukan persyaratan minimal order 1 ton bagi yang tinggal di luar area Bandung. Jika tinggal di dalam kota, maka pemesanan minimal 50 kg. Ongkos kirim ditanggung oleh konsumen.
"Bagi pelanggan baru, kami biasa memberlakukan pembayaran 100 persen di depan, baru kami antar pesanannya. Ini kami lakukan untuk menghindari tindak penipuan, karena namanya usaha harus waspada. Apalagi, bisnis keong mas adalah satu-satunya harapan saya untuk menghidupi keluarga," katanya.
Meski usaha keong mas memiliki prospek cerah, namun Ibo tidak memungkiri jika ada sejumlah kendala yang dihadapi. Misalnya, karena lokasi usahanya tergolong di daerah yang belum ramai, maka jangkauan pemasarannya tidak menjangkau kawasan yang lebih luas.
Ibo sangat mengharapkan ke depan nanti, bisa memasarkan keong mas sampai di Jakarta dan Bogor, karena bisnis kuliner di daerah itu sangat berkembang pesat. Perkembangan kuliner di kedua daerah itu, otomatis akan membutuhkan bahan baku, termasuk keong mas, dalam jumlah besar.
Menurut pengamatan Ibo, masyarakat saat ini sedang giat-giatnya beralih pada makanan alami karena menginginkan pola hidup yang lebih sehat. Hal inilah yang menjadi peluang besar untuk memasarkan keong mas yang mulai dikenal sebagai makanan hewani yang sarat gizi.
"Barangkali saya akan menggandeng supplier untuk bekerja sama, agar kawasan Bogor dan Jakarta dapat ter-cover pemasarannya. Cuma sekarang masih memikirkan bagaimana agar keong mas tetap segar saat sampai di tangan konsumen di kedua daerah tersebut," ujarnya.
Selain itu, Ibo berharap ada pabrik makanan yang memerlukan suplai keong mas secara kontinyu untuk diajak berpartner bisnis.
"Bahkan, saya sangat berharap suatu saat akan mengekspor keong mas ke luar negeri. Tapi nanti dulu, setelah saya maksimalkan pemasaran dalam negeri, baru saya persiapkan langkah untuk bisa menjadi pengekspor keong ke negara lain," katanya.
*) Penulis buku dan artikel
Ibo Gantungkan Harapan pada Keong Mas
Sudah dua tahun terakhir ini saya membudidayakan keong mas. Ini mungkin pilihan usaha yang tidak biasa. Namun justru karena pembudidayanya masih minim, sedangkan hasilnya maksimal, membuat saya mantap terjun sebagai pembudidaya keong mas