Mataram (ANTARA) - Perum Bulog Nusa Tenggara Barat memberikan penghargaan kepada dua mitra pengelola Rumah Pangan Kita (RPK) karena telah memberikan kontribusi dalam membantu pemerintah menjaga kestabilan harga pangan.
"Kedua pengelola RPK tersebut mendapat penghargaan dinilai dari transaksinya dan mampu ikut menjaga stabilitas harga," kata Pimpinan Wilayah Bulog NTB Abdul Muis Sayyed Ali, saat penyerahan hadiah kepada dua pengelola RPK di Mataram, Kamis.
Kedua pengelola RPK tersebut, yakni Feby Hervika, warga Kabupaten Lombok Barat yang mendapatkan hadiah satu unit sepeda motor Honda Vario 125 karena menjadi RPK terbaik 2 nasional.
Selain itu, M Nasir, warga Kelurahan Pagutan, Kota Mataram mendapatkan hadiah satu unit sepeda motor Honda Beat karena menjadi RPK terbaik 3 nasional. Sedangkan juara satu diraih oleh RPK di Jakarta.
Abdul mengatakan program pemberian penghargaan bagi pengelola RPK terbaik pada 2023 merupakan yang pertama kali dilakukan oleh Perum Bulog yang bertujuan untuk memotivasi pelaku ekonomi lainnya agar menjadi mitra Bulog dalam hal bisnis pangan dengan harga terjangkau.
"Persyaratan menjadi RPK mudah, cukup mendaftar dengan kartu tanda penduduk dan kartu keluarga. Kami menyiapkan komoditas seperti beras, minyak goreng, gula, tepung terigu, bahkan ada daging juga," ujarnya.
Saat ini, kata dia, jumlah RPK di NTB sebanyak 1.257 lembaga yang tersebar di 10 kabupaten/kota di NTB. Mereka merupakan kepanjangan tangan dari Bulog dalam rangka penyediaan pangan bagi masyarakat dengan harga yang terjangkau.
Baca juga: Komisi IV DPR-RI minta Bulog tingkatkan stok beras
Baca juga: Pemkot Pekanbaru jamin ketersediaan sembako aman sampai lebaran
"Kemitraan RPK dengan Bulog juga menjadi salah satu bentuk pemberdayaan ekonomi rakyat yang membuka lapangan usaha baru bagi masyarakat NTB," ucap Abdul.
Feby Hervika, pemilik RPK Salwa mengaku memperoleh omset ratusan juta rupiah per bulan dari hasil menjual kebutuhan pokok yang didatangkan dari Bulog, seperti beras, minyak goreng, gula pasir, dan tepung terigu.
"Modal awal saya dulu hanya Rp5 juta untuk membuka RPK, kemudian berkembang hingga saat ini dengan nilai omzet mencapai ratusan juta rupiah per bulan," tuturnya. Hal senada dikatakan M Nasir, yang bergabung membuka RPK di Kelurahan Pagutan, Kota Mataram sejak 2019. "Omzet saya per bulan sebesar Rp100 juta dengan keuntungan mencapai Rp10 juta per bulan. Produk yang dijual banyak dari Bulog, dan digabung dengan produk lain berupa mi instan dan telur yang dibeli dari pihak lain," ucapnya.