50 Warga Lombok Timur Keracunan Nasi Bungkus

id Keracunan nasi

Warga yang keracunan ada yang dirawat di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kerongkong, Kecamatan Sukamulia, dan sebagian dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Selong
Selong,  (Antara) - Sedikitnya 50 warga Desa Bagik Payung Timur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat mengalami keracunan diduga akibat menyantap nasi bungkus yang diperoleh pada saat mengikuti acara zikiran di rumah salah satu penduduk.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur dr H Utun Supria, kepada wartawan di Selong, Ibukota Kabupaten Lombok Timur, membenarkan peristiwa tersebut.

"Warga yang keracunan ada yang dirawat di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kerongkong, Kecamatan Sukamulia, dan sebagian dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Selong," katanya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, puluhan warga Desa Bagik Payung Timur yang keracunan tersebut mengikuti kegiatan zikiran di rumah salah seorang penduduk pada Jumat malam (3/10).

Mereka kemudian mendapatkan hidangan nasi bungkus dari tuan rumah dengan lauk berupa telur dan mi. Sajian itu kemudian dibawa pulang, namun sebagian tidak menyantapnya langsung pada malam itu juga, tapi dijadikan menu sarapan pada pagi harinya.

Setelah dua jam, hampir semua warga yang makan nasi bungkus pada pagi hari itu merasakan mual, pusing dan muntah-muntah. Masyarakat kemudian panik dan beramai-ramai membawa keluarganya menuju Puskesmas Kerongkong.

Sebagian lagi dibawa ke RSUD Selong karena kapasitas Puskesmas Kerongkong tidak mencukupi.

Korban ada yang dibawa menggunakan kendaraan roda dua, roda empat bak terbuka dan mobil ambulan.

Puluhan warga yang keracunan itu, kata dia, terdiri atas belasan anak-anak, orang tua dan remaja.

"Semua sudah mendapatkan penanganan medis dan tidak ada yang mengalami kondisi kritis," kata dr Utun Supria.

Dugaan sementara, kata dia, warga keracunan akibat mi yang bercampur dengan nasi itu sudah tercemar bakteri. Mi tersebut menimbulkan bakteri karena sudah berjam-jam di dalam bungkusan bercampur dengan nasi dan lauk jenis lainnya.

Utun mengatakan, pihaknya akan mengirim sampel mi dan bahan lain yang ada dalam nasi bungkus tersebut ke Kota Mataram untuk dilakukan uji laboratorium guna memastikan kebenaran adanya bakteri berbahaya.

"Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium baru bisa dipastikan kebenaran apakah nasi bungkus itu memang benar mengandung bakteri atau tidak," ujarnya.