Mataram, (Antara) - Tim Pengendali Inflasi Daerah Nusa Tenggara Barat menggelar pertemuan untuk membahas kelangkaan elpiji bersubsidi tapi tidak diikuti dengan harga yang relatif mahal.
Rapat yang digelar di Kantor Badan Ketahanan Pangan (BKP) Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat, dihadiri Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTB H Bambang Himawan, Kepala BKP NTB Hj Hartina, dan Kepala Bidang Biro Ekonomi Sekretariat Daerah (Setda) NTB Dewi.
Kepala Kantor Perwakilan BI NTB H Bambang Himawan, memaparkan kondisi harga elpiji saat ini di pasar masih cenderung sama. Hal itu berdasarkan hasil pemantauan di tiga pasar tradisional, yaitu Pasar Tradisional Mandalika, Cakra dan Kebon Roek.
"Dari hasil pemantauan, harga jual eceran elpiji bersubsidi ukuran tabung tiga kilogram tidak ada perubahan. Memang diakui ada kesulitan dalam mendapatkan barang di tingkat pengecer, namun tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan harga," katanya.
Menurut dia, pengaruh yang paling dirasakan adalah kekosongan barang di tingkat pengecer.
Untuk itu, lanjut Bambang, pemerintah daerah telah memohon kenaikan kuota penyaluran elpiji bersubsidi dan sudah disetujui dari semula hanya 51.375 metrik ton naik menjadi 53.400 metrik ton.
"Adanya penambahan kuota tersebut diharapkan mampu mengatasi kekosongan elpiji bersubsidi di tingkat pengecer," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) NTB H Lalu Imam Maliki, mengatakan kelangkaan dan relatif mahalnya elpiji bersubsidi di Pulau Lombok, terjadi karena adanya peningkatan pemakaian, khususnya oleh masyarakat di Pulau Sumbawa.
"Padahal di Pulau Sumbawa, belum ada program konversi bahan bakar minyak tanah ke gas. Tapi masyarakat di sana sudah menggunakan elpiji bersubsidi. Ini hasil survei kami," katanya beberapa hari lalu.
Menurut dia, penggunaan elpji bersubsidi ukuran tabung tiga kilogram ditemukan di kawasan pesisir Kabupaten Sumbawa Barat dan Sumbawa. Bahan bakar gas tersebut disuplai dari kebutuhan untuk masyarakat Kabupaten Lombok Timur.
Adanya pendistribusian elpiji bersubsidi dari Pulau Lombok ke Pulau Sumbawa menyebabkan terjadinya kenaikan harga diikuti kelangkaan bahan bakar gas tersebut di Kabupaten Lombok Timur, yang menjadi daerah terdekat dengan Pulau Sumbawa.
Harga elpiji bersubsidi ukuran tabung tiga kilogram di Kabupaten Lombok Timur bervariasi, yakni Rp13.750, Rp18.000 hingga Rp20.000 per tabung. Harga paling mahal terjadi di tingkat pengecer.
"Kami akui terjadi kelangkaan disertai harga relatif mahal di Kabupaten Lombok Timur," ujarnya.
TPID NTB bahas Kelangkaan Elpiji Bersubsidi
Dari hasil pemantauan, harga jual eceran elpiji bersubsidi ukuran tabung tiga kilogram tidak ada perubahan. Memang diakui ada kesulitan dalam mendapatkan barang di tingkat pengecer, namun tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan harga