Medan (ANTARA) - Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sumatera Utara menyatakan bahwa hotel atau penginapan nonbintang harus menggalakkan promosi agar semakin diminati oleh wisatawan. "Mereka harus berpromosi, seperti hotel-hotel yang berbintang. Jadi jangan mengharapkan pemerintah saja," ujar Ketua Asita Sumut Solahuddin Nasution kepada ANTARA di Medan, Jumat.
Dengan mempromosikan dirinya, hotel atau penginapan nonbintang mau tidak mau harus meningkatkan kualitasnya baik dari aspek keamanan maupun kenyamanan. Menurut Solahuddin, hotel atau penginapan nonbintang idealnya tidak mengandalkan harga murah.
"Wisatawan mempertimbangkan banyak faktor ketika menentukan penginapan, terutama keamanan dan kenyamanan. Kualitas jelas jadi penting. Kalau murah, jangan mengandalkan murah saja," kata dia.
Solahuddin pun mencontohkan kondisi di Bali, di mana di sana hotel termurah sampai termahal memiliki pasarnya sendiri. Pada Senin (3/4), Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara menyatakan bahwa wisatawan yang datang ke Sumut kurang meminati penginapan atau hotel nonbintang saat berada di provinsi beribu kota Medan itu.
Pada Februari 2023, mayoritas wisatawan di Sumut memilih untuk menginap di hotel bintang empat (65,54 persen), lalu bintang lima (60,96 persen), bintang tiga (43,90 persen), bintang dua (33,98 persen) dan, terakhir, bintang satu (28,31 persen).
Baca juga: Penurunan tiket pesawat domestik belum terlalu berpengaruh
Baca juga: Asita Bali usulkan tiga rute penerbangan langsung China
Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang itu naik dari 42,59 persen pada Januari 2023 menjadi 47,5 persen pada Februari 2023. Masih di Februari 2023, penginapan nonbintang hanya diminati 24,67 persen pelancong. Jumlah tersebut menurun dari bulan sebelumnya yakni 28,57 persen dan bulan Februari tahun 2022 (28,61 persen). "Sebenarnya, kalau lebih banyak menginap di hotel berbintang, menurut saya semakin bagus. Artinya wisatawan semakin banyak keluarkan uangnya," tutur Solahuddin.