Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memproyeksi industri makanan dan minuman (mamin) akan mampu tumbuh hingga tujuh persen pada tahun 2023 ini atau menyamai capaian pertumbuhan sebelum pandemi COVID-19.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika ditemui usai membuka Bazaar Lebaran 2023 di Kantor Kemenperin Jakarta, Selasa, mengatakan optimisme itu juga didukung oleh optimisme pelaku industri atas kondisi saat ini. “Proyeksinya mamin ini bisa tumbuh antara 5-7 persen,” katanya.
Putu mengungkapkan industri mamin sendiri terus tumbuh secara signifikan sejak pandemi. Pada tahun 2022, sektor tersebut tumbuh mencapai 4,9 persen, meningkat signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,54 persen.
Di sisi lain, berdasarkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI), industri mamin juga tercatat masih kuat berekspansi. Demikian pula optimisme industri di sektor tersebut yang dinilai cukup tinggi “Untuk enam bulan ke depan, pelaku industri mamin menyatakan bahwa sangat optimistis, sebagian besar ya kemarin itu 76 persen (menyatakan optimistis untuk tetap ekspansi),” tuturnya.
Putu juga menyebut pertumbuhan yang positif itu juga diproyeksi akan menyamai capaian sebelum pandemi COVID-19. Pasalnya, utilisasi industri di sektor mamin pun sudah menyamai dengan utilisasi sebelum pandemi. “Kalau sebelum pandemi memang sekitar 6-7 persen (pertumbuhan) untuk mamin. Kalau dari utilisasi juga sudah hampir sama seperti sebelum pandemi ,” katanya.
Kemenperin mencatat industri pengolahan nonmigas pada tahun 2022 berkontribusi sebesar 16,48 persen terhadap PDB nasional, di mana kontribusi terbesar terhadap industri pengolahan nonmigas diberikan oleh industri mamin sebesar 38,35 persen.
Baca juga: Hannover Messe 2023 kesempatan emas RI perkuat "branding"
Baca juga: Indonesia targetkan masuk rantai pasok dunia melalui Hannover Messe 2023
Sumbangan nilai ekspor produk industri mamin sampai dengan triwulan IV tahun 2022 mencapai 48,61 miliar dolar AS atau memberikan kontribusi sebesar 16,65 persen dari total ekspor nasional. Adapun nilai impor sebesar 16,52 miliar dolar AS, sehingga menyebabkan nilai neraca perdagangan surplus sebesar 32,09 miliar dolar AS.