Mataram, (Antara NTB) - Kepala Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat Wahyudin mengatakan masyarakat di daerah itu masih ada yang belum bisa baca tulis meskipun sudah dibelajarkan pada program keaksaraan fungsional yang dilakukan mulai 2009-2013.
"Tim kami bersama Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah turun bersama mewawancara ibu-ibu rumah tangga yang pernah menjadi peserta keaksaraan fungsional, ada yang kami suruh menulis nama dan alamat kemudian diminta membaca, mereka tidak bisa, padahal sudah dibelajarkan," katanya di Mataram, Senin.
Tim BPS NTB, kata dia, juga sudah melakukan survei di lima dusun di Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, dan menemukan masih ada warga yang belum bisa membaca dan menulis. Hasil survei itu, bahkan sudah dipresentasikan di Dikpora NTB.
Wahyudin memperkirakan masih ada warga yang buta aksara yang tersebar di 10 kabupaten/kota, meskipun sudah dibelajarkan dalam program keaksaraan fungsional pada 2009-2013.
"Saya serahkan ke rekan-rekan wartawan, coba dicek ke lapangan ada tidak yang masih buta huruf. Tapi tidak semua yang dibelajarkan tidak bisa baca tulis," ujarnya.
Dari data sampel yang diberikan, kata dia, pihak Dinas Dikpora NTB akan menindaklanjutinya dengan menerapkan model pembelajaran yang berbeda dibandingkan program keaksaraan fungsional yang dilaksanakan pada 2009-2013.
"Jadi pola pembelajarannya tidak perlu dijejali materi yang cukup banyak kepada warga belajar, cukup hanya konsentrasi pada upaya bisa membaca dan menulis," ucap Wahyudin.
Ia juga menyebutkan data jumlah warga buta aksara pada 2013 sebanyak 14,81 persen dari total penduduk NTB usia 15 tahun ke atas.
Jumlah warga buta aksara tersebut berkontribusi terhadap pembentukan indeks pembangunan manusia (IPM) NTB.
BPS NTB merilis IPM provinsi ini pada 2013 sebesar 67,73, berada di bawah IPM nasional sebesar 73,81.
Penyebab masih rendahnya IPM NTB karena masih lemah di sektor kesehatan dan pendidikan masyarakat, sedangkan indikator ekonomi dinilai sudah relatif bagus.
Khusus dari dimensi pendidikan, persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang belum pernah sekolah relatif tinggi, sehingga menyumbang angka masyarakat buta huruf.
Demikian juga dengan angka "drop out" atau putus sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas masih relatif tinggi, terutama pada jenjang sekolah dasar.
"Angka penyandang buta aksara berkontribusi terhadap pembentukan IPM, karena itu salah satu indikator, yakni melek huruf. Semakin tinggi melek huruf, semakin kecil angka buta aksara," kata Wahyudin.
Pemerintah Provinsi NTB mengklaim sudah membelajarkan sebanyak 417.277 warga buta aksara melalui program keaksaraan fungsional sejak 2009-2013.
Dari sebanyak 417.227 orang warga penyandang buta aksara yang terdata di 2008, sebanyak 108.901 warga dibelajarkan pada 2009.
Selanjutnya, sebanyak 83.558 orang warga buta aksara dibelajarkan pada 2010, dan 163.008 orang dibelajarkan pada 2011, dan sebanyak 25.920 orang dibelajarkan pada 2012, serta 35.890 orang pada 2013. (*)
BPS: NTB Belum Bebas Buta Aksara
"Tim kami bersama Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah turun bersama mewawancara ibu-ibu rumah tangga yang pernah menjadi peserta keaksaraan fungsional, ada yang kami suruh menulis nama dan alamat kemudian d