Tim SAR mencari dua pemancing di Bima yang dikabarkan hilang

id Pemancing di Bima,Pemancing hilang di Bima,Pemancing Bima,Pemancing,Bima,SAR Mataram,Mancing di Bima

Tim SAR mencari dua pemancing di Bima yang dikabarkan hilang

Tim SAR gabungan mencari pemancing di Bima, Nusa Tenggara Barat, yang belum kembali. (ANTARA/Humas SAR Mataram)

Mataram (ANTARA) - Tim SAR gabungan melakukan pencarian terhadap dua orang pemancing asal Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, yang mencari ikan di perairan Sempungu yang dilaporkan belum kembali dari melaut.

Kepala Kantor SAR Mataram Lalu Wahyu Efendi dalam keterangan tertulisnya di Mataram, Rabu, mengatakan mereka pergi melaut dari Pelabuhan Bima sejak hari Sabtu, 03 Juni 2023, menggunakan perahu ketinting dengan warna kuning dan belum kembali hingga saat ini.

“Terakhir terlihat oleh nelayan yang melintas di sekitar perairan Oi Busi, Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima pada hari Ahad, 04 Juni 2023,” katanya.

Dengan menggunakan Rigit Inflatable Boat (RIB), rescuer Pos SAR Bima berangkat melakukan pencarian di sekitar posisi terakhir korban terlihat hingga ke perairan Sempungu, Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima.

"Korban masih belum ditemukan," katanya.

Ia berharap dengan adanya pencarian di sekitar wilayah tempat korban terlihat, bisa ditemukan dalam keadaan selamat.

“Semoga korban segera ditemukan oleh tim SAR gabungan” katanya.

Adapun unsur-unsur yang terlibat antara lain Babinsa Soromandi, Polairud Bima, Bhabinkamtibmas Soromandi, BPBD Kabupaten Bima, Potensi SAR dan masyarakat setempat.

"Pencarian akan dilanjutkan besok, karena hari ini korban belum bisa ditemukan," katanya.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau kepada masyarakat atau nelayan untuk waspada terhadap gelombang tinggi di wilayah laut Nusa Tenggara Barat.

"Potensi gelombang diprakirakan mencapai 2 meter lebih," kata Prakirawan Stasiun Zaenudin Abdul Majid, Lombok, M Pradana.

Kecepatan angin mencapai 27 knot dengan potensi tinggi gelombang di atas 2 meter lebih di selat Lombok bagian selatan, Selat Alas bagian selatan, dan Selat Sape bagian selatan dan Samudera Hindia Selatan Nusa Tenggara Barat.

"Warga yang ada di pesisir pantai wilayah NTB agar tetap waspada terhadap dampak gelombang," katanya.

Di wilayah Samudera Hindia Selatan NTB, kecepatan angin mencapai 27 knot lebih dengan tinggi gelombang mencapai 4 meter lebih, sehingga para nelayan atau nakhoda kapal untuk mewaspadai potensi gelombang tinggi di perairan NTB.

"Para nelayan maupun nakhoda kapal untuk tetap waspada terhadap dampak gelombang tinggi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari," katanya.*