Disperindag upayakan bawang impor tidak masuk NTB

id Bawang Merah

"Impor bawang merah akan jadi persoalan bagi daerah yang surplus"
Mataram (Antara) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Nusa Tenggara Barat akan mengupayakan agar bawang merah impor tidak masuk ke daerahnya sebagai upaya melindungi petani, terutama di Kabupaten Bima, yang akan segera panen raya.

"Impor bawang merah akan jadi persoalan bagi daerah yang surplus. Namun, kami meyakini pemerintah pusat akan selektif untuk menjaga kapasitas petani, terutama di daerah surplus," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Nusa Tenggara Barat (NTB) Husni Fahri, di Mataram, Minggu.

Husni mengatakan pemerintah pusat berencana mengimpor bawang merah dan cabai untuk memenuhi kebutuhan selama bulan Ramadhan hingga Idul Fitri 1436 Hijriah.

Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi tercukupinya ketersediaan kedua komoditas tersebut, di saat permintaan tinggi, sehingga harga tetap terjaga sesuai daya beli konsumen.

Meskipun NTB sebagai daerah surplus bawang merah dan cabai, kata dia, namun harga komoditas tersebut tidak ditentukan secara lokal, namun secara nasional akan saling mempengaruhi.

"Kita tentu harus berpikir demi kepentingan nasional agar bagaimana ketersediaan komoditas tersebut terjaga. Tentu, kami juga tetap memikirkan bagaimana agar jangan sampai petani rugi karena harga produksinya anjlok," ujarnya.

Upaya untuk menjaga keseimbangan harga bawang merah ketika komoditas impor masuk, kata Husni, akan dikoordinasikan dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) NTB, khususnya Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB.

Aspirasi Pemerintah Provinsi NTB sebagai daerah penghasil bawang merah dan cabai akan disampaikan ke tingkat pusat agar pemerintah pusat mendistribusikan komoditas impor ke daerah-daerah bukan penghasil, jika rencana mendatangkan komoditas hasil pertanian dari negara lain jadi dilaksanakan.

Pemerintah Provinsi NTB juga akan membangun pola informasi antar-daerah, sehingga bisa diketahui kondisi ketersediaan dan pasokan suatu komooditas.

"Bisa jadi daerah lain mengalami deflasi akibat ketersediaan bawang merah dan cabai yang melimpah, tapi di daerah lain malah inflasi karena stok yang terbatas. Makanya penting membangun hubungan informasi komoditas yang kuat antar-daerah," kata Husni.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat produksi bawang merah di provinsi ini pada 2013, sebanyak 101.628 ton dengan total luas panen mencapai 9.277 hektare (ha). Angka produksi tersebut lebih tinggi dibanding musim tanam 2012 sebanyak 100.989 ton dengan total luas lahan panen 12.333 ha.

Sentra produksi terbesar berada di Kabupaten Bima dengan volume produksi pada 2013 mencapai 80.218 ton, disusul Kabupaten Sumbawa 11.885 ton, Lombok Timur7.823 ton, Dompu 1.583 ton, Lombok Utara 55 ton dan Kota Bima 35 ton.  (*)