Jakarta (ANTARA) - Budaya nusantara harus menjadi pondasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, demikian dikemukakan Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid.
Hilmar, dalam rilis pers, Sabtu, mengatakan bahwa pemerintah memiliki program untuk merangkai dan memperkuat kebudayaan agar tidak hilang di kalangan anak muda. "Di kami sering menyebut dengan olah rasa. Pelestarian Budaya leluhur dengan melibatkan semua kalangan hingga tingkat warga, RT, RW dan desa akan bisa saling menguatkan dan generasi muda harus ikut nimbrung," ucap dia.
Sementara itu, Koordinator Nawasena, Wulandari Sawitri Candra Wila menilai budaya leluhur perlu dilestarikan mulai dari tingkat desa hingga terus bergerak ke seluruh Indonesia. Pihaknya akan berupaya menggelar penguatan budaya leluhur ke pelosok negeri agar lebih dikenal di kalangan generasi Z (gen Z) perkotaan.
"Iya berawal dari desa budaya itu dilestarikan, saya masih ingat pernyataan Beliau (Presiden Joko Widodo), DNA kita ada seni dan budaya. Sebanyak 714 suku dengan ciri khas masing-masing. Dan ini akan menjadi sebuah energi," ujar Wulandari dalam acara Hajat Lembur Kampung Babakan Jawa di Rancaekek, Jawa Barat, Sabtu (29/7).
Wulandari menilai meminta gen Z untuk tidak meninggalkan budaya leluhur bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan kerja sama semua pihak, baik pemerintah, tokoh masyarakat, budayawan dan pemangku kebijakan baik daerah maupun pusat.
Dalam pelaksanaan Hajat Lembur yang berlangsung 27 hingga 29 Juli 2023 di kampung Babakan Jawa Barat, itu, para gen Z hanya diberikan kesempatan untuk bermain permainan tradisional atau dolanan dan tidak diperkenankan menggunakan telepon selular.
Baca juga: Sebanyak delapan negara ikuti SCCIFAF 2023 di Surabaya
Baca juga: Ratusan anak adu kreasi gambar kecintaan budaya Indonesia di Semarang
Tokoh muda alam Jabar, Ipang Gajayana, berharap kolaborasi seni budaya peninggalan leluhur dalam Hajat Lembur dapat diterima dan dilestarikan oleh gen Z, terutama di Jawa Barat. Adanya mainan tradisional dan kesenian khas Sunda di acara tersebut mendapatkan respon yang positif dari peminatnya. "Ada mainan tradisional, kesenian khas Sunda seperti Karinding, Calung Sungkeman, dan Ruwat Jagat, dan di luar ekspektasi kami, ternyata peminatnya membludak," kata Ipang.