KLHK waspadai puncak kerawanan kebakaran hutan

id klhk,karhutla,kebakaran hutan,mitigasi penanganan karhutla

KLHK waspadai puncak kerawanan kebakaran hutan

Petugas KLHK menyegel lahan yang terbakar pada areal konsesi perusahaan di wilayah Kalimantan Barat. (FOTO ANTARA/HO-Kementerian LHK)

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meminta semua pihak untuk mewaspadai dan siap siaga menghadapi puncak kerawanan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akibat dampak musim kemarau pada September 2023.

Tenaga Ahli Menteri LHK Bidang Manajemen Kebakaran Lanskap, Raffles Panjaitan, dalam keterangan di Jakarta, Selasa mengatakan cuaca bulan September ini masih sangat panas yang bisa menjadi salah satu penyebab kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.
"Hal ini menjadi peringatan kita bersama untuk waspada dan siap siaga terhadap kejadian kebakaran hutan dan lahan,” katanya.
KLHK telah melakukan berbagai upaya untuk memitigasi kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, antara lain dengan memetakan wilayah rawan kebakaran untuk ditangani; pengelolaan kawasan hutan dengan membuat ilaran, sekat bakar, sekat kanal.
Kemudian, kata dia, pengembangan hutan kemasyarakatan; pengembangan sistem peringatan dini kebakaran hutan; serta pelatihan penanggulangan bencana bagi masyarakat dan pengembangan inovasi pengendalian kebakaran hutan dan lahan. "Upaya itu sangat mengurangi potensi kerawanan kebakaran hutan dan lahan dengan kondisi cuaca karena dampak El Nino, seperti tahun 2015 dan 2019," katanya.

Baca juga: Kalimantan Selatan siap siaga tanggulangi kekeringan
Baca juga: KLHK catat jumlah titik panas di Indonesia meningkat signifikan

Lebih lanjut dia mengimbau masyarakat dan perusahaan untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar terkhusus area penutupan lahan belukar karena rentan terbakar. "Perlu kerja keras bersama melalui sinergi pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan dengan partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat guna mendukung keberhasilan pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Indonesia," demikian Raffles Panjaitan.