Pernikahan anak rendah turunkan angka stunting Bengkulu

id Pernikahan anak,Stunting,Bengkulu Utara,BKKBN

Pernikahan anak rendah turunkan angka stunting Bengkulu

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo (depan, dua dari kanan) menerima audiensi dari Bupati Bengkulu Utara Ir. H. Mian (depan, paling kanan) beserta jajaran di kantor BKKBN, Jakarta, Jumat (20/10/2023). ANTARA/HO-BKKBN

Jakarta (ANTARA) -
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebutkan bahwa rendahnya angka pernikahan anak di Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, mempengaruhi turunnya angka stunting di kabupaten tersebut.
 
“Terkait angka kelahiran total atau TFR di Provinsi Bengkulu sudah baik. Kemudian, yang hamil muda, Bengkulu Utara juga sudah bagus, hanya 29 orang. Artinya, kawin muda di Bengkulu Utara tidak begitu menjadi masalah. Ini adalah satu harapan, kita mesti optimis bahwa stuntingnya juga akan turun,” kata Hasto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.
 
Pernyataan tersebut disampaikan Hasto saat menerima audiensi Bupati Bengkulu Utara, Ir. H. Mian di kantor BKKBN, Jakarta, Jumat.
 
Hasto juga memberikan tips pengambilan sampel pada Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2023 agar penghitungan angka stunting bisa tepat dan akurat.
 
“Jadi mesti dikawal betul, nanti ibu kepala dinas dan sekretaris dinas perlu mengecek dimana saja (sampelnya). Sebelum angka itu diserahkan kepada petugas enumerator SSGI, dicek dulu, bidan pertama dapat mengukur berapa, stunting atau tidak, jangan sampai itu dilepas begitu saja," ujar dia.
 
Ia menegaskan, sebelum angka stunting tersebut dirilis, kepala dinas kesehatan di tiap kabupaten/kota tentu sudah mengetahui (prevalensinya) terlebih dahulu, sehingga perlu upaya untuk mengawal agar para bidan tetap melakukan pengukuran dengan benar.
 
"Itu bidan-bidan dikumpulkan, yang mengukur setelah itu ditanya, 'kamu mengukur berapa, hasilnya bagaimana, stunting atau tidak?' Itu angkanya dikawal betul, karena angka itulah yang menjadi pedoman kita,” ucapnya.
 
Sementara itu, Bupati Bengkulu Utara, Ir. H. Mian menyampaikan bahwa dirinya selalu tegas memberikan arahan pada jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk menyelenggarakan program percepatan penurunan stunting yang langsung menyentuh ke masyarakat, dan salah satu yang berhasil dilakukan di Bengkulu Utara adalah inovasi Rumah Pangan Lestari.
 
“Saya juga wanti-wanti terus kepada OPD, sejalan atau tidak dengan arahan Pak Hasto ketika pertemuan-pertemuan dengan Pak Presiden. Jangan sampai posisinya penanganan stunting maupun keluarga berencana dan sebagainya hanya disibukkan oleh perjalanan dinas, tetapi capaiannya tidak optimal," kata Mian.
 
Menurutnya, sistem yang langsung menyentuh masyarakat akan paling efektif untuk menurunkan angka stunting, baik dalam hal bantuan asupan makanan, maupun pembinaan terus dikolaborasikan antarinstansi.
 
"Yang sangat bisa kita kembangkan dan terus kolaborasi, itu antara antara kader KB, PKK, dan dinas pertanian untuk Rumah Pangan Lestari. Alhamdulillah, dengan inovasi tersebut Bengkulu Utara menjadi ikon yang posisinya bisa sedikit membantu program-program penurunan stunting," ujar dia.
 
Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan Bengkulu Utara Herma Hayani, mengatakan bahwa Bupati Bengkulu Utara juga telah berupaya merelokasi balai penyuluh KB yang sudah tidak layak dan hampir terkena abrasi.
 
"Kami mempunyai 19 balai penyuluh KB yang berada di 19 kecamatan, dan salah satu balai desa ini berada 20 meter dari pinggir pantai, jadi kena abrasi, sehingga kami akan merelokasi daerah tersebut dan sudah disiapkan lahannya oleh Pak Bupati,” ujar Herma.

Baca juga: Kemenkes menekankan kualitas konseling kunci keberhasilan KBPP
Baca juga: BKKBN meminta satgas stunting Jambi matangkan strategi
 
BKKBN dan Pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara, menurut dia, telah sepakat untuk terus berkolaborasi dan merancang program-program yang lebih efektif untuk mengurangi stunting dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
 
Herma juga menyebutkan, upaya yang selama ini dilakukan untuk menguatkan intervensi di tingkat individu, memantau data secara seksama, dan meningkatkan koordinasi dengan berbagai pihak terkait bisa berpengaruh sangat besar terhadap kesehatan masyarakat, utamanya di lingkungan keluarga.