Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menargetkan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) modern Sandubaya dapat memproduksi satu ton maggot dalam sekali panen.
"Jika 6.900 biopond (kotak) maggot terisi 100 persen, kita bisa dapat hingga satu ton per sekali panen," kata Kepala Bidang Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram Vidi Partisan Yuris Gamanjaya di Mataram, Senin.
Hal tersebut disampaikan Vidi saat ditemui di sela memantau hari pertama proses uji coba pengolahan sampah di TPST modern Sandubaya.
Baca juga: TPST modern Sandubaya Mataram diuji coba
Ia mengatakan, dalam proses pra uji coba pengolahan sampah di TPST Sandubaya pada 28-31 Mei 2024 sampai hari ini, biopond maggot yang terisi baru sekitar 100 unit dari 6.900 kotak yang tersedia dengan ukuran 2x1 meter.
Masih minim-nya kotak maggot yang terisi karena DLH masih kesulitan untuk pengisian bayi (baby) maggot, sebab produksi "baby" maggot di Mataram Maggot Ceter (MMC) Kebon Talo Ampenan juga masih terbatas.
"MMC juga harus memenuhi kebutuhan bantuan maggot untuk di tingkat lingkungan," katanya.
Baca juga: DLH Mataram menyiapkan APD khusus bagi petugas di TPST Modern Sandubaya
Namun demikian, katanya, pihaknya menargetkan dalam bulan Juni 2024 ini, 6.900 biopond maggot di TPST modern Sandubaya harus terisi agar target satu ton per sekali panen bisa tercapai.
"Maggot ini dipanen setiap dua minggu sekali, jadi kalau sebulan kita bisa panen dua kali. Tapi itu juga tergantung kebutuhan, karena ada sebagian yang kita tetas-kan kembali jadi indukan," katanya.
Lebih jauh Vidi mengatakan, TPST Sandubaya ini dilengkapi juga dengan dua mesin oven untuk memproduksi maggot kering dengan kapasitas produksi 40 kilogram per jam.
Produksi maggot kering saat ini memiliki pangsa pasar yang bagus bahkan harganya mencapai hingga Rp70.000 per kilogram. Di MMC permintaan maggot kering juga datang dari luar daerah, namun saat ini produksi di MMC masih untuk dalam daerah.
"Begitu juga dengan maggot basah yang dijual Rp6.000 per kilogram, rata-rata dijual ke para peternak budidaya ikan air tawar. Sedangkan maggot kering digunakan menjadi pakan unggas termasuk burung," katanya.
Baca juga: Keren!! TPST Mataram kini dilengkapi mesin cetak paving block dari sampah plastik
Namun demikian, tambahnya, itu bukan menjadi tujuan utama melainkan upaya Pemerintah Kota Mataram dalam mengolah sampah untuk mengurangi pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok, Lombok Barat.
Hal itu bisa dilihat di MMC Kebon Talo, dalam sehari MMC membutuhkan 3 ton sampah sisa makanan dari rumah tangga untuk diolah menjadi pakan maggot.
Sementara maggot di MMC yang dikembangkan saat ini sebanyak 60 biopond dengan ukuran 2X1 meter, dengan hasil panen maggot setiap hari rata-rata di atas 100 kilogram.
Apalagi kalau 6.900 biopond di TPST modern Sandubaya mulai dikembangkan, bisa dihitung berapa ton sampah organik sisa makanan yang akan terurai setiap hari.
"Kondisi itu tentu bermuara pada, semakin kecil sampah yang akan kita dibuang ke TPA," katanya.
Data DLH Kota Mataram menyebutkan, volume sampah di Kota Mataram secara keseluruhan di enam kecamatan saat ini tercatat sebanyak 240 ton per hari, dengan rincian 60 persen merupakan sampah organik, 30 persen plastik, sisanya berupa limbah kayu, diaper, kaca, dan sejenisnya.
Baca juga: DLH siapkan 6.900 biopond untuk budi daya maggot di Mataram