Jakarta (ANTARA) -
Para pelaku pasar juga akan mengantisipasi hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Juni 2024 untuk mengetahui arah kebijakan bank sentral AS atau The Fed selanjutnya.
Pada FOMC Juni 2024 diperkirakan bank sentral AS masih akan menahan Fed Funds Rate (FFR) pada kisaran 5,25 persen hingga 5,50 persen.
Berdasarkan perkiraan pasar, penurunan suku bunga bank sentral AS, FFR, pertama pada 2024 baru akan terjadi pada November 2024 dengan probabilitas penurunan sebesar 46,1 persen dan penurunan kedua pada Desember 2024 dengan probabilitas sebesar 40,9 persen.
Penundaan penurunan FFR terjadi akibat masih tingginya inflasi AS yang sulit turun menuju target bank sentral AS yang sebesar 2 persen.
Pada Mei 2024, tingkat pengangguran AS naik menjadi 4 persen dari 3,9 persen dan jumlah non-farm payrolls pada Mei 2024 meningkat melebihi ekspektasi, mencapai 272 ribu pada Mei 2024 dari 165 ribu pekerjaan pada April 2024.
Data terbaru AS terkait ketenagakerjaan menggeser ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed. Di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, para investor masih menunggu FOMC Juni 2024 dan rilis terbaru Fed Guidance.
Reny menuturkan aliran dana asing masih terus keluar dari pasar Indonesia dan pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih berlanjut. Dari domestik, musim pembayaran dividen masih mendorong meningkatnya permintaan dolar AS.
Dalam jangka pendek, ia memproyeksikan rupiah akan cenderung bergerak ke kisaran Rp16.100 per dolar AS hingga Rp16.300 per dolar AS.
Sementara itu pada perdagangan hari ini, ia memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp16.260 per dolar AS sampai dengan Rp16.315 per dolar AS.