Jakarta (ANTARA) - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menekankan pemotongan hewan kurban dilakukan dengan ihsan atau baik terhadap hewan kurban, agar tidak menyebabkan hewan kurban menjadi stres atau kesakitan.
"Banyak pemotongan di tempat ibadah, sekolah, atau rumah kurang memperhatikan kebersihan. Penyembelihan juga kadang tidak sesuai syariat, hewan kurban seperti stres dan kesakitan. Padahal, Islam mengajarkan agar penyembelihan dilakukan dengan ihsan," kata Sekretaris Umum (Sekum) PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti, dikonfirmasi melalui pesan singkat kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.
Abdul Mu'ti mengatakan peristiwa tersebut terjadi akibat adanya sejumlah umat Islam di Indonesia yang memaknai syiar secara kurang tepat dan beragama secara komunal, sehingga tidak siap menyembelih di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) dan memaksakan menyembelih di tempat ibadah, pendidikan, atau rumah.
"Secara pribadi saya lebih cenderung hewan kurban dipotong di rumah pemotongan hewan yang resmi, sehingga lebih terjamin kebersihannya," lanjutnya.
Baca juga: Alhamdulillah!! Presiden Jokowi sumbang sapi kurban 1,05 ton untuk warga NTB
Namun demikian, Abdul Mu'ti tidak mempermasalahkan adanya masyarakat yang memilih untuk berkurban di masjid terdekat, karena menurutnya kurban yang terbaik adalah untuk tetangga terdekat.
"Tetapi kalau sudah tercukupi sebaiknya dibagikan kepada masyarakat yang lebih membutuhkan," ujarnya.
Hal tersebut, kata Abdul Mu'ti, untuk menghindari adanya penumpukan daging yang tidak dapat tersalurkan.
Baca juga: Waspada!! Ditemukan sapi diduga mengidap PMK di Mataram
Beberapa cara yang dapat dilakukan, ungkap dia, adalah dengan menyalurkan kurban ke lembaga-lembaga yang terpercaya dan menyediakan layanan pengiriman kurban ke wilayah-wilayah terpencil, seperti Muhammadiyah yang sudah lebih dari lima tahun melakukan pengiriman daging dalam bentuk kaleng ke wilayah-wilayah terpencil bahkan hingga Palestina.
Namun yang utama, sambungnya, umat Islam hendaknya menyambut Idul Adha dengan kebersihan jiwa dan meningkatkan hubungan sosial dengan memperbanyak sedekah dan membantu sesama.
"Di antara amalan yang disunahkan di Bulan Zulhijah adalah puasa sembilan hari pada 1-9 Zulhijah. Jika tidak sempat, sangat dianjurkan Puasa Arafah pada 9 Zulhijah," tutur Abdul Mu'ti.
Baca juga: KPKP Jakarta terjunkan 600 pemantau di lokasi pemotongan hewan kurban