PEMERINTAH KEMBANGKAN TAMAN WISATA ALAM BANGKO-BANGKO

id

          Mataram, (ANTARA) - Pemerintah sedang berupaya mengembangkan Taman Wisata Alam (TWA) Bangko-Bangko di Desa Pelangan, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) agar memenuhi syarat sebagai kawasan wisata andalan nasional.

         "Rapat koordinasi penanganan permasalahan dan pengelolaan Taman Wisata Alam Bangko-Bangko ini merupakan bagian dari upaya pengembangan objek wisata andalan di daerah setempat," kata Gubernur NTB M Zainul Majdi saat membuka rapat koordinasi itu di Mataram (23/6).

         Rapat koordinasi diselenggarakan Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional II Departemen Kehutanan bekerja sama dengan Dinas Kehutanan NTB.

         Gubernur NTB mengatakan TWA Bangko-Bangko merupakan salah satu aset daerah dalam mendukung provinsi ini sebagai destinasi unggulan utama pariwisata nasional. 
    Daya pesona wisata di kawasan TWA Bangko-Bangko yakni kondisi pantainya bervariasi, datar, bergelombang dan berbukit dengan bebatuan alam yang tampak kokoh serta pasir putihnya yang menghiasi pantai di bagian barat.

         Oleh karena itu, menurut dia, perlu ditempuh upaya agar TWA Bangko-bangko dapat memenuhi syarat sebagai kawasan hutan wisata andalan daerah maupun nasional, serta tetap terjaga kelestariannya.

         "Kawasan wisata alam ini harus tetap dilestarikan, karena merupakan salah satu aset kebanggaan kita dalam mendukung daya tarik wisatawan agar mengunjungi daerah ini," katanya.

         Menurut dia, kawasan Bangko-Bangko berpotensi untuk dikembangkan menjasi objek wisata nasional, namun diperlukan sejumlah sarana dan persyaratan sebagai pendukung.

         Ia menyebutkan persyaratan tersebut antara lain adanya atraksi wisata, memiliki prakondisi yang mantap, serta mempunyai infrastruktur yang memadai.

         "Oleh karena itu diperlukan komitmen yang kuat dari semua pihak dengan terus mempertahankan kebijakan 'moratorium logging', yaitu menghentikan seluruh aktivitas yang berakibat pada rusaknya ekosistem lingkungan dan hutan, serta fokus pada program dan upaya rehabilitasinya," katanya.

         Sementara itu, Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional II yang juga ketua panitia rapat koordinasi penanganan permasalahan dan pengelolaan TWA Bangko-Bangko I Nyoman Yuliarsana mengharapan rakor ini menghasilkan kesamaan pandangan dalam mengembangkan taman wisata alam tersebut.

         "Dukungan para pihak terkait dengan penyelesaian permasalahan dan pengelolaan TWA Bangko-Bangko sangat diperlukan, termasuk dari aspek penyusunan program kegiatan atau rencana aksi penanganan permasalahan pengelolaan taman wisata alam itu," katanya.

        
        1 Juli 1992   
    Kawasan Bangko-Bangko seluas luas 2.169 hektare itu ditetapkan sebagai TWA berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan Nomor: 64/Kpts/II/1992 tanggal 1 Juli 1992.

         Kawasan TWA Bangko-Bangko termasuk tipe iklim E dengan curah hujan rata-rata 1.459 mm per tahun dan jumlah hari hujan 66 hari dengan intensitas hujan 23,47/hh.

         Topografi pada kawasan Taman Wisata Alam Bangko-Bangko bervariasi, yakni datar, bergelombang dan berbukit dengan elevasi (0-400 m) di atas permukaan laut.

         Secara umum tipe vegetasi yang berada di TWA Bangko-Bangko terdiri dari dua tipe, yaitu sebagian kecil merupakan vegetasi pantai dan vegetasi hutan hujan dataran rendah.

         Vegetasi pantai meliputi antara lain dari famili Bruguiera, Pandanaceae, Soneratiaceae dan Rubiaceae, sedangkan vegetasi hutan  hujan dataran rendah meliputi berbagai jenis, antara lain Bajur (Pterospermum javanicum), Kesambi (Schleicera oleosa), Waru (Hibiscus tiliaceus).

         Sementara itu jenis satwa yang terdapat di TWA Bangko-bangko meliputi jenis burung antara lain ayam hutan (Gallus varius), elang bondol (Heliantus Indus) dan Koakiau (Philemon buceroides).

         Jenis mamalia antara lain kera abu-abu (Macaca fascicularis), trenggiling dan babi hutan.(*)