Beijing (ANTARA) - Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar negeri Ukraina Dmytro Kuleba dan menekankan persahabatan kedua negara.
"Menteri Luar Negeri Wang Yi mencatat bahwa China dan Ukraina saling bersahabat. Hal yang menonjol dalam pembicaraan bilateral keduanya adalah tentang persahabatan dan kerja sama," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing, China pada Rabu.
Menlu Wang Yi dan Menlu Dmytro Kuleba bertemu di Guangzhou, provinsi Guangdong pada Rabu.
"Kedua negara menjalin kemitraan strategis lebih dari satu dekade lalu, dan saling menghormati dan memperlakukan satu sama lain secara setara. Kerja sama yang saling menguntungkan terus ditingkatkan," tambah Mao NIng.
Presiden China Xi Jinping maupun Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, menurut Mao Ning, menekankan pentingnya melihat hubungan bilateral secara jangka panjang, dan memastikan hubungan tersebut akan terus berlanjut.
"Kami perlu mengikuti pedoman ini, menjaga komunikasi, meningkatkan rasa saling percaya, meneruskan persahabatan lama kami, meningkatkan ikatan antarmasyarakat, dan memelihara hubungan China-Ukraina yang sehat dan stabil," ungkap Mao Ning.
Mao Ning menyebut Menlu Wang Yi menyampaikan sidang pleno ketiga Komite Sentral Partai Komunis China ke-20 yang berlangsung pada 15-18 Juli 2024 membuka arah baru dalam upaya modernisasi menyeluruh China yang juga akan membawa peluang baru bagi masyarakat di semua negara.
"Ukraina adalah salah satu negara pertama yang mendukung dan berpartisipasi dalam kerja sama 'Belt and Road'. Dalam beberapa tahun terakhir, China tetap menjadi mitra dagang terbesar Ukraina dan eksportir produk pertanian terbesar," ungkap Mao Ning.
Pada paruh pertama 2024, perdagangan bilateral kedua negara juga menunjukkan momentum pertumbuhan yang pesat. China disebut akan terus meningkatkan impor pangan dari Ukraina dan bekerja sama untuk menjaga koridor logistik tetap terbuka dan menjamin keamanan pangan global.
"Menlu Wang Yi juga mengucapkan terima kasih kepada Ukraina atas bantuan yang diberikan untuk mengevakuasi warga negara China, khususnya para pelajar di Ukraina, ketika konflik pecah. Ia juga mengungkapkan harapannya bahwa Ukraina akan terus bekerja secara efektif untuk menjaga keamanan personel dan institusi China di Ukraina," jelas Mao Ning.
Terkait dengan krisis Ukraina, Menlu Wang Yi menilai konflik yang telah memasuki tahun ketiga itu memiliki risiko eskalasi dan dapat dampak buruk.
Wang Yi mengulang pernyataan Presiden Xi Jinping soal empat prinsip untuk mencari penyelesaian politik atas krisis Ukraina yaitu meredakan konflik, perundingan damai, perlindungan atas nilai kemanusiaan serta mencekah penggunaan nuklir dan menjaga stabilitas industri dan rantai pasokan.
"Pemahaman bersama ini mewakili kesamaan di komunitas internasional dan telah mendapat dukungan luas. China percaya bahwa semua konflik pada akhirnya harus diselesaikan di meja perundingan, dan solusi terhadap setiap perselisihan hanya dapat ditemukan melalui cara-cara politik," kata Mao Ning.
Baru-baru ini, ungkap Mao Ning, baik Ukraina maupun Rusia telah menyatakan kesediaannya untuk bernegosiasi pada tingkat yang berbeda-beda.
"Meskipun kondisi dan waktunya belum tepat, China mendukung semua upaya yang kondusif bagi perdamaian dan akan terus memainkan peran konstruktif untuk memungkinkan gencatan senjata dan melanjutkan perundingan damai. China peduli dengan situasi kemanusiaan di Ukraina dan akan terus memberikan bantuan kemanusiaan," ungkap Mao Ning.
Sementara Menlu Kuleba dalam pertemuan itu mengatakan China dan Ukraina adalah mitra strategis sekaligus mitra ekonomi dan perdagangan yang penting satu sama lain.
"Ukraina mendukung posisi China dalam masalah Taiwan dan akan tetap berkomitmen pada prinsip 'Satu China'. Ukraina berharap dapat bekerja sama dengan China untuk menerapkan pemahaman bersama yang disepakati kedua presiden, memperkuat rasa saling percaya bidang politik, mengaktifkan kerja sama di bidang perdagangan dan pertanian, serta memperkuat pertukaran masyarakat dan kota kembar," ungkap Mao Ning.
Ukraina juga disebut sangat menghargai peran aktif dan konstruktif China dalam mendorong perdamaian dan menegakkan tatanan internasional.
"Ukraina memandang penting pandangan China dan telah mencermati kesepahaman bersama yang dikeluarkan oleh China dan Brasil mengenai penyelesaian politik krisis Ukraina. Ukraina bersedia dan siap melakukan dialog dan negosiasi dengan Rusia dan tentu saja, perundingan harus rasional, substantif dan bertujuan untuk mencapai perdamaian yang adil dan tahan lama," tambah Mao Ning.
Sebelumnya diketahui China diketahui tidak menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) perdamaian atas krisis Ukraina di Burgenstock, Swiss pada 15-16 Juni 2024. Lebih dari 90 negara menghadiri perundingan tersebut, namun komunike bersama dari KTT itu hanya didukung 80 negara dan empat organisasi.
Pemerintah China tidak menghadiri konferensi perdamaian tersebut karena tidak memenuhi tiga elemen penting yaitu pengakuan dari Rusia dan Ukraina, partisipasi yang setara dari semua pihak dan diskusi yang adil mengenai seluruh rencana perdamaian.
Baca juga: AS gagal rintangi capaian mengesankan China di luar angkasa
Baca juga: perpecahan faksi di Palestina
Konferensi tersebut diakhiri dengan diadopsinya komunike akhir, yang tidak ditandatangani oleh beberapa negara, termasuk Brasil, India, Afrika Selatan dan Arab Saudi. Komunike tersebut mencakup tiga isu: ekspor biji-bijian Ukraina, keamanan pembangkit listrik tenaga nuklir dan pemulangan tawanan perang.
Sehari sebelum KTT, Presiden Rusia Vladimir Putin melanjutkan inisiatif perdamaiannya, menyerukan Ukraina untuk mengakui klaim teritorial Rusia yang dibuat selama "operasi militer khusus" yang dimulai pada Februari 2022.