Mataram (ANTARA) - Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram Ihsan Ro'is memandang indeks pembangunan manusia atau IPM di Nusa Tenggara Barat masih perlu ditingkatkan melalui pembangunan dan peningkatan mutu pendidikan serta kesehatan.
"NTB agak unik, di satu sisi pertumbuhan ekonomi tinggi, tetapi indeks pembangunan manusia masuk lima besar terbawah," ujarnya di Mataram, Kamis.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan IPM Provinsi NTB pada tahun 2022 sebesar 71,65 poin dan setahun kemudian bergerak ke 72,37 poin. Meski mengalami kenaikan, namun angka itu masih berada di bawah IPM Indonesia yang tercatat sebesar 74,39 poin pada tahun 2023.
Baca juga: BPS sebut IPM NTB di 2023 naik menjadi 72,37
Ihsan menuturkan pemberantasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah di Nusa Tenggara Barat tidak hanya bicara ihwal mendongkrak pendapatan masyarakat semata.
"Beberapa hal juga perlu diperhatikan, misalnya tingkat pendidikan dan kesehatan. Hal ini penting untuk mendongkrak indeks pembangunan manusia," ucapnya.
Pada 2022 hingga 2023, laju pertumbuhan IPM Provinsi Nusa Tenggara Barat hanya sebesar 0,72 poin.
Baca juga: Wagub NTB ajak para ibu tingkatkan IPM
Indikator umur harapan hidup bayi yang lahir pada tahun 2023 di Nusa Tenggara Barat memiliki tingkat harapan hidup hingga 72,02 tahun. Indikator itu meningkat 0,36 tahun bila dibandingkan tahun 2022.
Sedangkan, indikator harapan lama sekolah mencapai 13,97 tahun pada 2023 mengalami peningkatan 0,01 tahun dibandingkan tahun 2022. Adapun rata-rata lama sekolah mencapai 7,74 tahun dan nilai itu meningkat sebanyak 0,13 tahun bila dibandingkan tahun sebelumnya.
Dari dimensi standar hidup layak yang digambarkan oleh indikator pengeluaran per kapita yang disesuaikan terlihat bahwa capaian Provinsi NTB di tahun 2023 sebesar Rp11,10 juta per orang per tahun. Indikator itu meningkat sebanyak Rp414 ribu jika dibandingkan tahun 2022.
Baca juga: Pemprov NTB targetkan tingkatkan IPM