Hanya bisa bergumam dua kata saja, yakni, luar biasa. Saat pengunjung melihat matahari terbenam di Pantai Selong Belanak, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.
Celotehan deburan ombak yang perlahan-lahan dan angin menjelang senja, menemani saat Sang Batara Surya hendak ke peraduan. Semburat merah bagaikan lukisan berpadu dengan petak-petak awan hitam, membuat nuansa eksotik sangat terasa hingga berat langkah kaki meninggalkan lokasi itu.
Beberapa pria paruh baya pun terlihat sibuk mendorong perahu yang dibantu oleh kaum hawa, di bawah mentari senja yang kemerahan menerpa pasir putih pantai hingga dari jauh seperti siluet hasil karya Sang Maha Kuasa. Mereka hendak memulai perjalanan untuk mencari ikan.
Suara Bob Marley dengan tembangnya "Three Little Birds", lamat-lamat terdengar di salah satu warung yang masih membuka tempat usahanya untuk mendapatkan periuk rezeki. Pemilik warung itu, hendak menemani para pelancong yang masih menikmati keindahan alam semesta itu.
Pantai Selong Belanak itu bisa dikatakan sebagai mutiara tersembunyi di pulau yang dahulunya dikenal dengan bagian Sunda Kecil. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui lokasi tersebut.
Popularitas Pantai Selong Belanak sempat muncul pada empat tahun silam, saat banyak wisatawan yang memajang foto-fotonya saat di pantai itu melalui media sosial. Namun itu tidak berlangsung lama.
Bahkan tenggelam oleh hiruk pikuknya promosi keindahan pariwisata di Senggigi, Lombok Barat atau Tri Matra Gili Trawangan, Gili Meno serta Gili Air di Lombok Barat. Serta yang terbarukan objek wisata Pantai Kuta Mandalika yang masuk dalam bagian Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Objek wisata Pantai Selong Belanak yang berjarak 49 kilometer dari Kota Mataram atau memakan waktu sekitar 2 jam itu, memiliki pasir putih nan aduhai dengan bentangan alam berupa teluk.
Serta dikelilingi oleh pebukitan yang hijau, sehingga sangat aman untuk keluarga yang membawa anak-anaknya berenang di tepi pantai karena ombaknya yang tidak terlalu kencang. Bahkan kontur dari pantai objek wisata itu, sangat landai.
Pengunjung pun bisa berenang di tepi pantai atau menyewa papan selancar untuk bersurfing ria di ombak yang memiliki ketinggian sekitar 1 meter itu.
Bentangan pasir putih pun sangat lebar dengan berbentuk persis tapal kuda. Landskap alam yang benar-benar indah. Saat kendaraan yang membawa pengunjung, menuruni bukit mengarah ke pantai. Kitapun sudah disambut bentangan alam yang sempurna.
Bukit-bukit hijau menghampar bagaikan permadani dan di sela-sela dua bukit, terlihat birunya laut yang kilaunya terkena pantulan sinar matahari. Saat tiba di pintu masuk objek wisata itu, dijamin 100 persen, siapapun pengunjung akan terperangah takjub akan keindahan alam tersebut.
Serta akan mensyukuri atas karunia Sang Pencipta Alam semesta di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pemandangan wisata bahari itu, bisa dikatakan tidak ada yang mengalahkan di luar negeri sekalipun.
Kendati demikian, ironisnya keindahan alam itu kurang dipromosikan oleh pemerintah daerah baik Pemkab Lombok Tengah maupun Pemerintah Provinsi NTB khususnya pada Dinas Pariwisata. Padahal, keindahan alam itu merupakan aset untuk meningkatkan pendapatan daerah yang berujung bisa meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Saat ini, mayoritas pengunjung objek wisata pantai itu, berasal dari wisatawan mancanegara sedangkan wisatawan nusantara terhitung masih minim.
"Kurang dipromosikan oleh pemerintah daerah," kata salah seorang pemilik sarung, Safar.
Wisatawan asing yang sering mengunjungi pantai itu berasal dari sejumlah negara seperti Jerman, Belanda, Perancis serta China.
Namun itupun, kedatangan mereka ke Pantai Selong Belanak bukan target utama tujuan berwisata ke Lombok. "Para turis itu hanya melintas saja ke Pantai Selong Belanak setelah mengikuti paket perjalanan ke Senggigi, Gili Trawangan atau Kuta Mandalika," keluhnya.
Idealnya, kata dia, Pantai Selong Belanak menjadi destinasi utama untuk liburan para turis asing itu sehingga tidak mengherankan masih minim turis yang mengetahui akan adanya keindahan Pantai Selong Belanak tersebut.
Turis asing dari Eropa kebanyakan mereka datang ke objek wisata itu, pada bulan Juni, Juli dan Agustus karena di negaranya tengah musim liburan. "Selama tiga bulan itu, banyak sekali turis asing dari Eropa," katanya.
Sedangkan turis dari dalam negeri, kata dia, bisa dikatakan dihitung jari dan itupun didominasi oleh wisatawan yang tinggal di Pulau Lombok saja.
Hal senada dikatakan oleh pramuwisata yang bernama Iwan, yang meminta perhatian lebih dari pemerintah untuk mempromosikan Pantai Selong Belanak.
Pemerintah terkesan acuh dengan potensi pariwisata itu, tandasnya.
Ia mencontohkan seperti prasarana jalan yang menghubungkan dari jalan raya menuju Bandara Internasil Lombok (BIL) ke Pantai Selong Belanak, yang terbilang masih memprihatinkan dengan lebar jalan yang sangat kecil.
Sehingga para pengendara harus ekstra hati-hati saat berpapasan dengan kendaraan di lawan arahnya. Serta banyaknya jalan yang berlubang membuat rawan bagi pengendara roda dua.
"Idealnya jalan menuju ke Pantai Selong Belanak itu diperlebar dan ditata kembali. Secara tidak langsung akan mengundang wisatawan dalam negeri, untuk mengunjunginya," paparnya.
Memang demikian kondisi objek wisata bahari di Pulau Lombok. Sangat banyaknya sekali destinasi yang bisa dipoles agar dikenal di mancanegara dan dalam negeri. Persoalannya kembali lagi ke pemerintah daerah setempat untuk serius dalam pengembangannya.
Pemerintah daerah setempat terkesan "tutup kuping" jika ada yang mengkritik soal penataan objek wisata di Pulau Lombok. Kalau pemerintah daerah tidak peka, siap-siap saja potensi keindahan alam itu akan terus tidur terlelap tanpa ada yang membangunkannya.