BRIN mendorong implementasi tenaga nuklir untuk ketahanan pangan RI

id brin,tenaga nuklir,ketahanan pangan,nuklir indonesia

BRIN mendorong implementasi tenaga nuklir untuk ketahanan pangan RI

Arsip - Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN Anugerah Widiyanto (kanan) bersama Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN Syaiful Bakhri (kiri) saat ditemui di Kantor BRIN, Jakarta, Senin (17/2/2025). ANTARA/Sean Filo Muhamad/am.

Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong implementasi tenaga nuklir sebagai salah satu metode untuk mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia.

Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN Syaiful Bakhri melalui keterangan di Jakarta Sabtu menekankan, teknologi khususnya teknologi nuklir memainkan peran vital dalam ketahanan pangan, yaitu memperpanjang masa simpan, menjaga kandungan gizi, dan memastikan keamanan dari mikroba serta hama.

"Pemanfaatan teknologi, termasuk teknologi nuklir, bukan lagi sekadar pelengkap, melainkan menjadi tulang punggung dalam memastikan pangan Indonesia tidak hanya cukup secara kuantitas, tetapi juga unggul dari sisi kualitas," katanya.

Syaiful menjelaskan, penggunaan tenaga nuklir dalam bidang tersebut juga dinilai efektif untuk mengatasi permasalahan hilangnya pasokan pangan sebelum sampai ke konsumen, atau disebut dengan istilah food loss.

Ia mengungkapkan, saat ini Indonesia memiliki fasilitas dan kompetensi yang cukup memadai di bidang tersebut, yang mana pengembangannya dilakukan di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) G.A. Siwabessy di Jakarta.

"Jajaran SDM mencakup 506 peneliti, yang terbagi menjadi tujuh Pusat Riset, yaitu Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi -PRTPR-, Pusat Riset Teknologi Akselerator -PRTA-, Pusat Riset Bahan Nuklir dan Limbah Radioaktif -PRBNLR-, Pusat Riset Teknologi Analisis Berkas Nuklir -PRTABN-, Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir -PRTRN-, Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri -PRTRRB-, dan terakhir Pusat Riset Teknologi Keselamatan, Metrologi, dan Mutu Nuklir -PRTKMMN-," papar Syaiful.

Lebih lanjut, Kepala PRTPR BRIN Irawan Sugoro menjelaskan bahwa teknologi iradiasi mampu memberikan solusi nyata dalam menjaga kualitas pangan tanpa mengubah rasa, tekstur, maupun kandungan nutrisinya.

Ia memaparkan, teknologi iradiasi telah banyak dimanfaatkan untuk pengujian tanpa merusak atau non-destructive testing serta sterilisasi alat kesehatan, khususnya di sektor pertambangan dan kesehatan.

"Namun tantangan terbesar tetap terletak pada penerimaan publik. Stigma terhadap istilah radiasi masih menjadi hambatan utama, meski aplikasinya sudah terbukti aman dan digunakan luas di berbagai negara maju," ujar Irawan.

Baca juga: BRIN minta pemda aktif laporkan inovasi pembangunan berkelanjutan

Senada dengan Irawan, Peneliti PRTPR BRIN Murni Indarwatmi memaparkan, ragam manfaat iradiasi dalam memperkuat ekspor pangan, khususnya untuk memenuhi persyaratan ketat negara tujuan seperti Australia.

"Iradiasi untuk fitosanitari memungkinkan pengendalian hama tersembunyi seperti lalat buah dan kutu putih, tanpa perlu perlakuan manual yang mahal dan memakan waktu. Ini sangat relevan bagi buah-buahan ekspor seperti mangga dan manggis," ucapnya.

Baca juga: BRIN hibahkan aset kepada Bakamla dukung kapasitas maritim

Selain itu, menurutnya, teknologi iradiasi juga unggul dalam sterilisasi produk herbal, daging olahan, hingga komponen pangan seperti bubuk cabai dalam mi instan.

"Dengan daya tembus tinggi dan proses tanpa kontak langsung, iradiasi memungkinkan perlakuan yang efisien dan higienis, bahkan terhadap produk yang telah dikemas," tutur Murni Indarwatmi.


Pewarta :
Editor: I Komang Suparta
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.