Laporan GPC ungkap tak ada tempat aman di Gaza

id Klaster Perlindungan Global(GPC),Gaza,Palestina,Israel

Laporan GPC ungkap tak ada tempat aman di Gaza

Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua DPD Golkar DIY Gandung Pardiman pada Senam Sak Isane GPC di Jogja Expo Center, Kabupaten Bantul, DIY, Minggu (24/12/2023) (ANTARA/Hery Sidik)

New York (ANTARA) - Jaringan LSM Klaster Perlindungan Global (GPC) menyatakan bahwa tidak ada tempat aman di Gaza lantaran serangan Israel yang intens telah menghancurkan lingkungan perlindungan bagi penyandang disabilitas dan para lansia.

Hal itu diungkap dalam laporan terperinci yang dirilis oleh jaringan tersebut pada Selasa malam, yang membahas kondisi kehidupan dan kemanusiaan penyandang disabilitas, korban luka, dan kaum lansia di Jalur Gaza, 21 bulan menyusul genosida Israel terhadap Palestina.

GPC adalah sebuah jaringan yang anggotanya mencakup badan-badan HAM PBB, organisasi internasional, dan organisasi masyarakat sipil non-pemerintah lainnya. Dalam laporannya, GPC menyatakan bahwa "tidak ada tempat aman di Gaza," menunjukkan bahwa "permusuhan yang penuh dengan kekerasan dan sudah berlangsung selama 20 bulan telah menghancurkan lingkungan perlindungan bagi penyandang disabilitas dan lansia".

Baca juga: PMI teams up to ensure access to clean water in Palestine

Laporan tersebut juga mendokumentasikan 134.105 orang di Jalur Gaza, termasuk lebih dari 40.500 anak-anak, yang menderita "luka baru akibat perang". GPC memperkirakan "25 persen dari mereka mengalami disabilitas baru yang membutuhkan rehabilitasi yang serius dan berkelanjutan."

Baca juga: WHO sukses kirim pengiriman medis pertama ke Gaza

Laporan itu sekaligus mencatat bahwa "lebih dari 35.000 orang mengalami kerusakan pendengaran yang signifikan akibat ledakan".Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa di Jalur Gaza, "10 anak kehilangan satu atau dua kakinya setiap hari" akibat perang.


Pewarta :
Editor: I Komang Suparta
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.