Mataram (ANTARA) - Sebanyak 195 desa dari 995 desa di Nusa Tenggara Barat mengalami blank spot area dari jaringan internet dan telekomunikasi, namun Kementerian Komunikasi dan Informatika sudah melakukan pendataan untuk segera diupayakan terkoneksi sehingga, pada 2020 seluruh desa di NTB sudah tersambung.
"Ini hasil survei Badan Aksebilitas Telekomunikasi dan Informasi dari Kementerian Informasi dan Informatika tahun 2017-2018 daerah yang mengalami blank spot di NTB," kata Sekretaris Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik NTB IGP Aryadi di Mataram, Kamis.
Ia mengatakan, blank spot di NTB ini tersebar di sembilan kabupaten/kota. Mulai dari Pulau Lombok hingga Pulau Sumbawa. Khususnya desa-desa yang lokasi jauh dari perkotaan.
"Yang tidak blank spot di NTB itu, hanya Kota Mataram, selebihnya merata di kabupaten/kota lain," ujarnya.
Aryadi menjelaskan, blank spot di NTB membuat masyarakat yang tinggal di desa-desa tersebut tidak terkoneksi dengan jaringan internet dan telekomunikasi. Akibat minimnya tower BTS di desa-desa tersebut.
"Ini memang jadi tantangan tersendiri dan harus diselesaikan, sehingga desa-desa yang tidak memiliki akses internet dan telekomunikasi ini bisa dikembangkan baik dari sisi SDM dan alamnya," terang Aryadi.
"Tapi ini tentu tidak bisa bekerja sendirian. Karena untuk membangun satu tower BTS dananya cukup besar sehingga di nantinya kelolakan pihak asing," katanya.
Menurut mantan Kabag Pemberitaan di Biro Humas dan Protokol Setda NTB ini, desa-desa yang mengalami blank spot ini sudah dilakukan pendataan dan di survei oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk segera terkoneksi dengan jaringan telekomunikasi dan internet. Sehingga, pada 2020 seluruh daerah di NTB konektivitas tersebut bisa tersambung.
"Ini sejalan dengan target program nasional bahwa 2020 seluruh daerah di Indonesia bisa terkonektivitas jaringan internet dan telekomunikasi, karena dapat mendukung kemajuan NTB di segala bidang," katanya.