Pertemuan menteri kebudayaan China-Jepang-Korsel sementara ditunda

id jepang,china,taiwan,korea selatan,peretmuan menteri kebudayaan,pm sanae takaichi

Pertemuan menteri kebudayaan China-Jepang-Korsel sementara ditunda

(kiri-kanan): Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin, Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi, dan Menteri Luar Negeri RI Sugiono, melakukan pertemuan di Tokyo, Jepang, Selasa (18/11/2025). (ANTARA/HO-Kemlu RI)

Beijing (ANTARA) - Pertemuan tiga menteri kebudayaan dari China, Jepang, dan Korea Selatan ditunda karena meningkatnya ketegangan politik menyusul pernyataan Tokyo terkait Taiwan.

“Pernyataan keliru pemimpin Jepang tentang Taiwan melukai perasaan rakyat China dan merusak atmosfer kerja sama trilateral. Akibatnya, situasi belum memungkinkan untuk mengadakan pertemuan tersebut,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing, Kamis (20/11).

PM Jepang Sanae Takaichi pada 7 November 2025 menyatakan bahwa penggunaan kekuatan oleh China terhadap Taiwan dapat mengancam kelangsungan hidup Jepang, dan ia menolak menarik ucapannya.

Pertemuan tingkat menteri yang direncanakan berlangsung di Makau pada 23–25 November 2025 itu resmi ditunda setelah China menyampaikan pemberitahuan kepada Korea Selatan pada Selasa (18/11).

Sejak 2007, ketiga negara secara bergiliran menjadi tuan rumah pertemuan tahunan sebagai forum untuk memperkuat pertukaran budaya, dengan format tatap muka kecuali selama pandemi COVID-19.

Tahun lalu, pertemuan digelar di Kyoto, Jepang, yang menghasilkan “Deklarasi Kyoto” dan penetapan Anseong, Makau, dan Kamakura sebagai Kota Budaya Asia Timur 2025.

“Pernyataan pemimpin Jepang menimbulkan tantangan bagi tatanan internasional pascaperang,” kata Mao, menegaskan posisi Beijing terhadap isu sensitif tersebut.

Ia menyinggung sejarah pendudukan Jepang atas Taiwan selama setengah abad, yang menurutnya menyebabkan penderitaan besar bagi rakyat pulau itu.

Baca juga: Pemerintah China terus lakukan tindakan hingga PM Takaichi cabut pernyataan

"Tahun ini menandai peringatan 80 tahun pemulihan Taiwan oleh China. Jepang tidak boleh lupa bahwa Taiwan adalah milik China, Taiwan bukan urusan Jepang. Jika Jepang membuat masalah dengan Taiwan, China tidak akan diam saja," ujarnya.

Mao menekankan bahwa Jepang seharusnya mematuhi prinsip Satu China serta empat dokumen politik bilateral, bukan mempertahankan posisi ambigu mengenai Taiwan.

“Jepang harus mencabut pernyataan keliru itu dan mengambil langkah yang menunjukkan penghormatan terhadap komitmennya kepada China,” tambahnya.

Sebagai respons, China kembali menutup impor hasil laut Jepang, yang baru dibuka pada 5 November setelah penutupan sejak 2023 terkait pembuangan air olahan Fukushima.

Baca juga: Pemerintah China mengutus PM Li Qiang hadiri KTT G20 di Afrika Selatan

Larangan itu memukul industri makanan laut Jepang, terutama produsen kerang dan teripang, mengingat China merupakan pasar ekspor terbesar bagi sektor tersebut.

Beijing juga mengimbau warganya menghindari perjalanan ke Jepang dan meminta calon mahasiswa mempertimbangkan ulang rencana studi karena alasan keselamatan.

Maskapai China melaporkan sekitar 491.000 pembatalan tiket tujuan Jepang sejak Sabtu (15/11), mencakup sekitar 32 persen dari total pemesanan.

Pewarta :
Editor: I Komang Suparta
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.