Mataram (ANTARA) - Insomnia Theater Movement, kelompok teater asal NTB, akan menampilkan SIKLOPS: 2125 pada Festival Teater Indonesia (FTI) 2025 di Palu. Pementasan ini diangkat dari cerpen Siklops karya Kiki Sulistyo yang dimuat di Tempo (5 Juli 2025). Disutradarai Indra Saputra Lesmana, cerita SIKLOPS: 2125 mengambil latar masa depan pasca-perpecahan Republik, tentang dua penjaga menara – Azzam dan Habsyi – yang berbincang tentang sejarah, konflik politik, dan identitas.
Pertunjukan Insomnia ini terpilih melalui kurasi ketat FTI 2025 bersama 19 kelompok teater lainnya. Insomnia mewakili NTB, tampil di Gedung Kesenian Palu pada Sabtu, 7 Desember 2025 pukul 16.00 WITA. Kami berbincang hangat dengan Ardira Riski Desima, produser pertunjukan, seputar SIKLOPS: 2125, tema yang diusung, serta semangat berkarya mereka.
Wawancara dengan Ardira Riski Desima
Jurnalis: Ibu Ardira, bagaimana proses adaptasi cerpen Kiki Sulistyo ke dalam panggung teater? Ceritanya sangat futuristik.
Ardira: Kami sangat terinspirasi oleh cerpen Siklops itu. Cerita tentang Azzam dan Habsyi, dua penjaga menara yang dihadapkan pada konflik sesama bangsa masa depan, sebetulnya bicara soal isu universal: sejarah kita, perbedaan identitas, dan dampak konflik. Indra Lesmana, sutradara kami, tertarik mengeksplorasi dialog yang ada di cerpen itu dan menerjemahkannya dalam bentuk gerak dan teater. Adaptasi ini menjaga esensi ceritanya – percakapan tentang keriduan terhadap sejarah, identitas dan politik – sambil menambahkan unsur visual dan musik agar unity.
Jurnalis: Insomnia terpilih mewakili NTB untuk FTI 2025. Bagaimana rasanya lolos dari proses kurasi yang sangat kompetitif?
Ardira: Kami sangat bersyukur dan bangga. Dari lebih 200 kelompok teater yang mendaftar, hanya 20 teater terpilih untuk tampil di FTI 2025. Insomnia yang berbasis di Lombok Barat akhirnya mewakili NTB, yang menurut kami adalah sebuah kehormatan besar. Proses kurasinya ketat sekali, tapi justru itu membuat kami makin termotivasi untuk mempersiapkan karya terbaik. Kami mendapatkan pendampingan dan pendanaan dari panitia agar pementasan ini optimal.
Jurnalis: Tema apa yang ingin Insomnia angkat lewat SIKLOPS: 2125?*
Ardira: Tema utamanya adalah identitas dan sejarah, serta bagaimana konflik masa depan bisa muncul dari persoalan itu. Seperti yang tergambar dalam sinopsisnya, dialog antara Azzam dan Habsyi perlahan mengungkap pertanyaan tentang siapa mereka sebenarnya dan kenapa mereka berada di pulau terpencil itu. Kami ingin penonton melihat bahwa konflik bukan sekadar tentang perbedaan suku atau bangsa, tapi juga soal cara kita memahami sejarah bersama. Lewat pementasan ini, kami mengajak penonton merefleksikan masa lalu untuk menghadapi masa depan.
Jurnalis: Bagaimana gaya artistik Insomnia dalam pementasan ini, dan nilai apa yang ingin disampaikan kepada penonton?
Ardira: Insomnia terkenal dengan gaya teater tubuh. Kami lebih menekankan visual dan simbolisme tubuh daripada dialog panjang. Untuk SIKLOPS: 2125, Indra banyak bekerja dengan gerak dan pencahayaan untuk menggambarkan suasana ekstrem di pulau terpencil tersebut. Kami tidak mengejar keindahan estetika semata; yang utama adalah menyampaikan isu dan cerita secara utuh. Nilai yang kami sampaikan, antara lain, adalah persatuan dalam keberagaman. Seperti yang diungkapkan oleh pendiri FTI, “panggung teater menyatukan perbedaan latar belakang”. Kami berharap penonton merasa terhubung dengan cerita ini meski berlatar masa depan – karena sebenarnya ini cerita manusiawi tentang harapan dan konflik.
Jurnalis: Tim produksi SIKLOPS: 2125 siapa saja, Bu?
Ardira: Tim inti kami memang kecil dan kekeluargaan. Saya sendiri menjadi produser (tercatat sebagai Rizki Desima Ardira. Indra Saputra Lesmana sebagai sutradara, dengan asisten sutradara Yusril Linusi. Kami dibantu penata artistik Mahrus Putra dan penata musik/bunyi Syahrul Barak (kadang disebut Barrack). Stage manager kami Haider Ali selalu memastikan panggung siap. Pemeran utamanya dua aktor muda: Delta Febrianta dan Sutarli. Ada juga penata visual Egi Gerhanandi yang bertanggung jawab untuk visual panggung. Masing-masing punya peran penting agar pementasan berjalan lancar.
Jurnalis: Ada harapan apa dari pertunjukan ini bagi Insomnia dan penonton?
Ardira: Harapan kami sederhana: pertunjukan ini menegaskan suara teater NTB di pentas nasional, sekaligus memberikan pengalaman bermakna bagi penonton. Kami ingin orang bersimpati dengan karakter dan situasi Siklops, lalu membawa pulang refleksi baru tentang identitas dan persatuan. Sebagaimana cita-cita FTI, kami ingin Siklops: 2125 menjadi ajang dialog lintas budaya, mempererat persaudaraan dalam ekosistem teater Indonesia.
Pertunjukan SIKLOPS: 2125 dijadwalkan berlangsung pada 7 Desember 2025 di Gedung Kesenian Palu – satu-satunya kesempatan menonton pertunjukan gratis ini di Palu sebelum festival berpindah ke kota lain. Setelah wawancara ini, semangat Ardira dan tim Insomnia tampak tinggi; mereka siap membawa cerita unik ini ke panggung dan ke hati penonton.
Insomnia Theater Movement tampilkan "SIKLOPS: 2125" di Festival Teater Indonesia 2025
Insomnia Teater. (ANTARA/HO-Dok Indra Saputra Lesmana)
