Disnaker: Karyawan Lotte grosir 90 persen warga setempat

id karyawan lotte,lotte grosir,Lotte grosir Mataram

Disnaker: Karyawan Lotte grosir 90 persen warga setempat

Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Mataram Hariadi, S.IP. (Foto: ANTARA News/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Mataram Hariadi, S.IP mengatakan, sekitar 90 persen pekerja Lotte grosir yang baru saja membuka gerai di Kelurahan Abian Tubuh Baru, Kecamatan Sandubaya merupakan warga setempat.

"Dengan persentase itu, kami akui bahwa pihak Lotte grosir memprioritaskan pekerja lokal, terutama dari kota ini," katanya kepada sejumlah wartawan di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Kamis.

Hariadi menyatakan hal itu sesuai menghadiri kegiatan peresmian pembukaan Lotte grosir tersebut. Ia mengatakan, prioritas mempekerjakan tenaga kerja lokal itu sudah menjadi komitmen pemerintah daerah dengan pihak Lotte grosir.

Karena itulah, pemerintah daerah sejak awal memberikan dukungan terhadap operasional Lotte grosir untuk membuka peluang kerja sekaligus meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

"Apalagi, Lotte grosir ini optimistis membuka gerainya meskipun saat itu Mataram baru saja dilanda bencana gempa bumi. Itulah yang membuat kami antusias membantu operasional Lotte grosir di Mataram," katanya.

Di sisi lain, untuk memastikan dalam perekrutan karyawan Lotte grosir sesuai dengan komitmen awal, tim dari Disnaker baik provinsi maupun Kota Mataram dilibatkan.

"Dari situ kami tahu bahwa Lotte grosir tidak main-main dalam merekrut karyawannya, bahkan para karyawan medapatkan pelatihan selama dua minggu sebelum mulai bekerja," katanya.

Menurutnya, pembukaan gerai seperti Lotte grosir yang dapat merekrut pekerja banyak ini sangat diharapkan karena dapat mengurangi angka pengangguran di Kota Mataram, apalagi pascabencana gempa bumi.

Menyinggung tentang angka pengangguran, Disnaker mencatat angka pengangguran di Mataram mencapai sekitar 14.000 orang, didominasi oleh angkatan kerja muda atau produktif mulai usia 15 tahun hingga 35 tahun.

"Kondisi itu terjadi karena berbagai faktor, di antaranya peningkatan rata-rata lama sekolah wajib belajar 12 tahun, dan dampak dari bencana gempa bumi yang melanda wilayah Nusa Tenggara Barat," katanya.

Bencana gempa bumi, katanya, secara umum mengakibatkan lemahnya perekonomian masyarakat sehingga berdampak pada peningkatan angka pengangguran dari sekitar 12.000 menjadi 14.000 orang.

Selain itu, akibat bencana gempa bumi sejumlah retail modern di Mataram terpaksa gulung tikar, tingkat hunian hotel menurun drastis, begitu juga dengan restoran dan aspek-aspek lainnya yang memicu terjadinya peningkatan angka pengangguran.

Oleh karena itu, untuk mengurangi angka pengangguran di Kota Mataram perlu adanya dorongan pertumbuhan investasi dalam skala besar yang dapat menyerap tenaga kerja banyak.

"Misalnya, pembangunan hotel, restoran, 'supermarket' serta investasi lainnya yang dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar," katanya.