Pertama di Indonesia, pembangkit sistem combine cycle menggunakan gas engine di Lombok

id PLN UIW NTB,Lombok Peaker,PLTMGU

Pertama di Indonesia, pembangkit sistem combine cycle menggunakan gas engine di Lombok

PLTMGU Lombok Peaker. (Foto PLN UIW NTB)

Mataram (ANTARA) - Bagi sebagian orang di Lombok, khususnya bagi mereka yang tinggal di Mataram, Nusa Tenggara Barat, dan melintas di Jalan Arya Banjar Getas – Tanjung Karang, pasti mengetahui salah satu proyek pembangkit yang giat dibangun dalam beberapa tahun terakhir oleh PT PLN (Persero),

Proyek pembangunan pembangkit dengan daya yang sangat besar, yang merupakan harapan untuk keberlangsungan daya pembangkit di pulau Lombok, yaitu Pembangkit Listrik Mesin Gas Uap (PLTMGU) Lombok Peaker.

Mungkin tidak banyak yang mengetahui, PLTMGU Lombok Peaker ini merupakan PLTMGU pertama yang dibangun di Indonesia. Disebut pertama karena PLTMGU Lombok Peaker menggunakan gas engine untuk proses pembakarannya, dan bukan menggunakan gas turbine seperti pada umumnya.

Beberapa pembangkit dengan kapasitas besar di Indonesia, terutama di Jawa Bali, rata rata adalah Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU), misalnya PLTGU Muara Karang di Jakarta, PLTGU Tanjung Jati di Jepara, PLTGU Grati di Pasuruan hingga PLTGU Tanjung Priuk yang merupakan PLTGU tertua di Indonesia, dan beberapa lokasi PLTGU yang lain menggunakan gas turbine dalam proses pembakarannya.

Proses kerja gas engine adalah sama dengan mesin yang digunakan pada sepeda motor atau mobil, yaitu jenis mesin pembakaran dalam (spark ignition combution). Perbedaannya adalah pada gas engine tidak memerlukan proses pengabutan seperti yang dilakukan oleh nozzle di ruang combustion chamber karena bahan bakar yang digunakan sudah berbentuk gas.

Selanjutnya, energi panas dan uap dari gas buang hasil pembakaran di gas engine (PLTMG) digunakan untuk menghasilkan uap yang digunakan sebagai fluida kerja pada turbin (PLTU), dengan cara memanaskan air di HRSG (Heat Recovery Steam Generator).

Uap jenuh kering dari hasil HRSG inilah yang akan digunakan untuk memutar sudu (baling baling) dan selanjutnya menggerakkan turbin, generator dan yang akhirnya menjadi energi listrik.

Kolaborasi dari 2 sistem proses pembakaran di atas, yaitu PLTMG dan PLTU menghasilkan siklus gabungan yang dikenal dengan istilah "Combine Cycle", yang salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi pembangkit.

Selain itu, pengoperasian PLTMGU juga telah menggunakan sistem komputerisasi sehingga lebih mudah dan lebih cepat. Waktu yang dibutuhkan untuk membangkitkan beban maksimum pada 1 unit PLTMG pun juga relatif singkat yaitu sekitar 15 menit.

PLTMGU Lombok Peaker terdiri dari 13 unit PLTMG yang terbagi menjadi 2 blok.

Masing masing unit memiliki kapasitas 9.76 MW. Total daya yang dibangkitkan secara keseluruhan adalah sebesar 126.88 MW. Selebihnya, ±10 MW diperoleh dari pemanfaatan uap panas yang dihasilkan pada PLTU.

Kapasitas penyimpanan bahan bakarnya pun terdiri dari dual fuel. Tangki penyimpanan untuk 20 Million Standard Cubic Feet/Day untuk Compressed Natural Gas dan 1221 kilo Liter untuk High Speed Diesel.

Dengan total kapasitas mencapai 136 MW atau memasok 52 persen beban puncak sistem Lombok, dipastikan PLTMG Lombok Peaker ini akan menjadi salah satu pembangkit yang sangat penting untuk keandalan sistem kelistrikan Lombok saat ini.

PLTMGU Lombok Peaker, pembangkit andal dan ramah lingkungan

PLTMGU Lombok Peaker. (Foto PLN UIW NTB)
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas Uap (PLTMGU) Lombok Peaker saat ini telah memasuki tahap akhir. Setelah melewati rangkaian proses pengujian, akhirnya pembangkit yang berada di Tanjung Karang - Ampenan tersebut akan memperkuat sistem kelistrikan Lombok secara bertahap.

Proses akan dimulai di minggu keempat bulan Desember 2019 hingga tahap akhir di pertengahan tahun 2020.

Proses pengujian dimulai pada 19 November 2019, diawali untuk tiga mesin gas pada Blok 1 dari tiga belas mesin yang telah selesai dipasang.

Selanjutnya, seluruh mesin secara bertahap akan masuk ke dalam fase pengujian, hingga pengoperasian.

Tahapan pada proses pengujian juga cukup panjang. Dimulai dari proses Load Rejection test hingga proses Reliability Run. Pengujian ini harus dilakukan untuk memastikan bahwa mesin siap dioperasikan secara optimal.

Dengan daya mampu sebesar 136 MW, apabila beroperasi maksimal, maka PLTMGU Lombok Peaker akan memasok 52 persen dari beban puncak Lombok saat ini, yang berada di angka 263 MW (Beban Puncak tanggal 3/12).

Selain akan menjadi backbone pada sistem kelistrikan Lombok yang andal, PLTMGU Lombok Peaker juga merupakan pembangkit yang ramah lingkungan.

Gas buang sisa pembakaran yang keluar dari cerobong, dipantau khusus secara online dengan menggunakan peralatan CEMS (Combustion Emition Monitoring System). Dengan sistem ini, maka emisi gas buang seperti SO2, NO2, total partikulat dan kepekatan dapat dipantau secara berkelanjutan. Tujuan akhirnya adalah untuk memastikan bahwa emisi yang dihasilkan masih dalam ambang batas standar yang telah ditetapkan.

Sistem pertukaran panas atau yang lebih dikenal dengan heat exchanger pada PLTMG Lombok Peaker ini pun juga menggunakan media air laut yang diolah terlebih dahulu dan bersirkulasi dalam siklus tertutup. Jadi, secara otomatis tidak akan ada kebisingan yang ditimbulkan oleh radiator yang berfungsi sebagai sistem pendingin dari PLTMG tersebut.

PLTMGU Lombok Peaker. (Foto PLN UIW NTB)

Tak hanya di sisi pembangkit, infrastruktur kelistrikan lain yang dibangun adalah di sisi transmisi, Gardu Induk (GI) Lombok Peaker. Berada di satu lokasi yang sama, GI ini akan berfungsi untuk menyalurkan daya listrik yang dihasilkan oleh PLTMGU Lombok Peaker kepada masyarakat.

Total keseluruhan pembangunan PLTMGU Lombok Peaker memerlukan waktu kurang lebih 2.5 tahun, mulai pada Oktober 2017, hingga rencana pengoperasian yang akan dilakukan di bulan Desember 2019. Keberadaan PLTMG Lombok Peaker di Lombok ini pun akan mampu menyerap tenaga kerja hingga ratusan orang, baik selama proses konstruksi ataupun pengoperasiannya.