Jambi (ANTARA) - Muhammad Firly El Shaqiri, anak berusia 6 tahun, warga RT 2, RW 01, Kelurahan Teluk Dawan, Kecamatan Muarasabak, Kabupaten Tanjungjabung Timur (Tanjabtim), Jambi harus melawan penyakit ketebalan kulit pada telapak kaki kiri dan telapak tangannya yang disebut dengan penyakit kulit kayu.
"Kini, anak saya Firly harus melakukan kontrol setiap minggunya ke rumah sakit hanya untuk bisa mengobati kakinya agar kembali sembuh seperti semula dan si anak hanya bisa meringis kesakitan ketika hendak diperiksa," kata Ayah Firly, Firdaus, di Jambi Senin.
Firly juga telah menjalani tiga kali operasi di beberapa rumah sakit di Kota Jambi seperti pada 2016 menjalani operasi di rumah sakit Erni Medika, kemudian tidak berselang lama, penyakit tersebut kembali tumbuh di kaki kirinya dengan menebalnya kulit, selanjutnya pada 2018 di rumah sakit Bhayangkara dan terakhir di rumah sakit Islam Arafah.
Berbagai cara telah dilakukan oleh Firdaus yang merupakan ayah kandung Firly untuk mengangkat penyakitnya. Namun hingga kini penyakit Firly tidak kunjung sembuh bahkan penyakitnya malah timbul kembali sehingga setiap minggu harus kontrol ke rumah sakit Bhayangkara Polda Jambi.
Firdaus menjelaskan, telapak kaki anaknya bagaikan kulit kayu yang keras dengan warna yang menguning, bila dikupas dalam hitungan minggu akan kembali menebal dan menimbulkan sakit dan diketahui Firly menderita penyakit ketebalan kulit tersebut sejak usia dua tahun enam bulan (2,5 tahun) lalu hingga saat ini.
Sementara itu dokter RS Bhayangkara Polda Jambi, Irvan yang menangani kasus Firly itu mengatakan awalnya pada telapak kaki kirinya Firly terdapat kupasan kulit yang kecil seperti mata ikan dan tidak mengalami sakit, lamban laun di seluruh kakinya semakin menebal dan menjadi sakit. "Itu bukan tumor dan itu bukan jamur, diagnosanya kulitnya yang menebal dan sampai saat ini kami belum mengetahui sebabnya apa."
Ivan juga mengatakan, dirinya merasa heran dan kesulitan untuk mendeteksi penyakit yang diderita oleh Firly, pasalnya dirinya baru pertama kali menangani kasus tersebut dan itu seperti penyakit kulit kayu, dan saat kulitnya dikupas tetapi bakal tumbuh lagi.
"Saya sarankan untuk melakukan pengobatan di Jakarta atau Bandung," kata dokter Ivan.
Sementara itu, Firdaus selaku orang tua korban masih sangat terkendala dalam mengurus pengobatan untuk anaknya dan keluarga itu untuk berobat menggunakan BPJS, tetapi untuk membeli obat tidak bisa memakai BPJS karena tidak di jual di apotik.
Ia mengatakan kendala yang dihadapi saat ini pihaknya tidak memiliki dana untuk melakukan pengobatan ke Jakarta atau Bandung, Jawa Barat.
Berita Terkait
Puluhan Warga Mataram Lakukan Aksi Gunduli Kepala
Jumat, 21 Agustus 2015 15:53
Haji- 60 Persen Calon Haji Mataram Risiko Tinggi
Rabu, 19 Agustus 2015 21:37
Bupati Sumbawa Barat Evaluasi Jelang Akhir Jabatan
Selasa, 11 Agustus 2015 7:40
Legislator Kecewa Anggaran Sosial Minim Dialokasikan Pemprov NTB
Rabu, 5 Agustus 2015 23:18
Anggaran pengamanan pilkada sumbawa barat rp1,5 miliar
Jumat, 31 Juli 2015 15:01
Paket "K2" Pertama Mendaftar Ke KPU KSB
Senin, 27 Juli 2015 11:14
Paket "f1" didukung partai terbanyak dalam pilkada
Minggu, 5 Juli 2015 14:21
Ikan tuna NTB mengandung merkuri kadar rendah
Rabu, 10 Juni 2015 6:56