Berkaitan aktivitas industri, salah satu yang paling merusak lingkungan adalah dari limbah yang dihasilkannya. Biasanya limbah industri berbahaya bukan saja bagi manusia, tapi juga bagi hewan dan tumbuhan termasuk ekosistem alam yang menunjang kehidupan mereka apabila tidak dikelola dan diolah dengan benar.
Limbah industri ini dikenal dengan sebutan Limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Lalu dibuang kemana limbah-limbah ini agar tak merusak alam? Mungkinkah dimusnahkan? Atau bisakah kita olah hingga aman bagi lingkungan?
Banyak masyarakat belum paham akan hal ini. Bahkan sebagian masyarakat ikut menyumbang merusak alam dengan membuang limbah B3 nya sembarangan seperti baterai, aki atau bohlam lampu.
Demikian dikatakan Manager Humas PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI), Arum Pusposari kepada wartawan, Minggu (2/5). "Publik dan dunia usaha butuh diedukasi tentang bahayanya limbah B3 dan wajib tahu bagaimana memperlakukan limbah tersebut, agar aman bagi lingkungan" jelas Arum.
Untuk itu, lanjut Arum, PPLI mengajak insan pers untuk ikut serta mengedukasi publik tentang pengelolaan limbah B3 tersebut. "Salah satu nya dengan cara mengelar Lomba Karya Jurnalistik Lingkungan PPLI 2021 yang mulai dilaksanakan tanggal 1 Mei hingga 1 Juni 2021," ungkapnya.
Melalui momentum lomba ini, tambah Arum, masyarakat akan banyak mendapatkan informasi yang benar dan baik soal limbah B3 dan bagaimana proses penanganannya sesuai aturan.
Dengan mengusung tema "Menjaga Nusantara Melalui Penanganan Limbah Industri Bahan Beracun dan Berbahaya Secara Terintegrasi", Arum mengharapkan selaras dengan semangat untuk melindungi alam Indonesia yang notabene memiliki keragaman hayati luar biasa.
Indonesia, terang Arum memiliki sekitar 8.000 spesies tumbuhan dan 2.215 spesies hewan yang sudah teridentifikasi. Spesies hewan terdiri dari 515 mamalia, 60 reptil, 1.519 burung, dan 121 kupu-kupu. Besarnya keanekaragaman hayati Indonesia terkait erat dengan kondisi iklim dan kondisi fisik daerahnya.
Tugas kita semua untuk menjaga keberlangsungan hidup mereka. "Jika alam rusak oleh limbah, maka keragaman hayati di Indonesia tinggal menjadi dongeng pengantar tidur," imbuhnya.
Bulan Mei ini, ungkap Arum merupakan bulan Keragaman Hayati Internasional. "Tanggal 22 Mei itu hari Keragaman Hayati. Karenanya kita mengingatkan dan mengajak semua pihak ikut peduli menjaganya untuk masa depan anak cucu kita," tutup Arum.