Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan disiplin masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan dapat membantu terciptanya pemulihan aktivitas ekonomi.
"Aktivitas bisa berjalan dan tidak berisiko dengan adanya protokol kesehatan, karena ini bisa menjadi stimulus untuk pemulihan ekonomi," kata Sri Mulyani dalam jumpa pers perkembangan APBN di Jakarta, Selasa.
Sri Mulyani mengharapkan masyarakat yang melakukan aktivitas atau kegiatan terutama di luar ruangan dapat memanfaatkan protokol kesehatan se-optimal mungkin, apalagi pandemi COVID-19 belum akan berakhir dalam waktu dekat.
Di sisi lain, pemerintah juga terus berkomitmen untuk menangani persoalan kesehatan melalui pemberian alokasi anggaran yang memadai, prioritas penerima manfaat dan memperkuat koordinasi antara KL dengan daerah.
"Kita coba untuk memulihkan ekonomi dan kegiatan sosial, sehingga tercapai titik keseimbangan, karena COVID-19 belum tentu berhenti sampai 2021. Termasuk kalaupun ada vaksin, belum tentu semuanya akan kembali netral, maka betul-betul protokol ini dilakukan," kata Sri Mulyani.
Menurut dia, pemerintah juga akan terus menjaga dinamika kondisi sosial dan ekonomi yang terjadi di masyarakat dengan tetap mengedepankan konsistensi dan kredibilitas, apalagi kondisi COVID-19 ini tidak bisa diprediksi sepenuhnya.
Sebelumnya Sri Mulyani memastikan kinerja perekonomian belum akan pulih dalam waktu singkat, mengingat pandemi telah mempengaruhi aktivitas ekonomi, yang terlihat dari penurunan permintaan dan lesunya daya beli masyarakat.
Oleh karena itu ia melakukan revisi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2020 dari semula minus 1,1 persen hingga 0,2 persen menjadi minus 1,7 persen sampai minus 0,6 persen.
Satu-satunya komponen pengeluaran yang masih bisa berkontribusi positif terhadap perekonomian Indonesia adalah konsumsi pemerintah yang pada akhir 2020 diperkirakan tumbuh 0,6 persen hingga 4,8 persen.
Sedangkan, konsumsi rumah tangga pada akhir 2020 diperkirakan tumbuh negatif pada kisaran minus 2,1 persen-minus 1 persen, PMTB terkontraski pada kisaran minus 5,6 persen-minus 4,4 persen dan ekspor tumbuh negatif pada kisaran minus 9 persen-minus 5,5 persen.
Dengan perkiraan tersebut, maka Indonesia diproyeksikan akan mengalami resesi atau pertumbuhan negatif, sama seperti yang dialami negara-negara besar maupun berkembang lainnya karena terdampak oleh COVID-19.
Berita Terkait
Realisasi anggaran Pemilu 2024 capai Rp26 triliun
Jumat, 26 April 2024 13:32
Menkeu tekankan pentingnya sikap proaktif IPG
Sabtu, 20 April 2024 6:39
Sri Mulyani jelaskan UU APBN 2024 selesai sebelum penetapan capres-cawapres
Jumat, 5 April 2024 13:05
Menkeu Sri Mulyani percayai forum di MK jadi cara merawat nalar publik
Jumat, 5 April 2024 13:01
Menkeu: Realisasi transfer ke daerah capai Rp141,4 triliun
Senin, 25 Maret 2024 17:04
Rp13,4 triliun THR sudah disalurkan
Senin, 25 Maret 2024 11:34
THR untuk ASN di Lombok Tengah dianggarkan Rp50 miliar
Senin, 25 Maret 2024 11:27
Menkeu Sri Mulyani diskusikan asesmen IMF dan Bank Dunia
Selasa, 19 Maret 2024 5:43