PEMIMPIN LIGA ARAB AMR MUSSA AKAN CALONKAN DIRI SEBAGAI PRESIDEN MESIR

id



Kairo (ANTARA) - Pemimpin Liga Arab Amr Mussa, Ahad (27/2), mengatakan ia berencana mencalonkan diri sebagai presiden di negara asalnya Mesir, setelah revolusi rakyat menggulingkan presiden Hosni Mubarak, demikian laporan kantor berita resmi Mesir, MENA.

"Saya bermaksud mencalonkan diri dalam pemilihan presiden, dan pengumuman (resmi) akan dikeluarkan pada saat yang tepat," kata Amr Mussa sebagaimana dikutip MENA, lapor AFP.

Amr Mussa mengatakan seorang tokoh baru Mesir akan dipilih "secepatnya" untuk memimpin organisasi pan-Arab dengan 22 anggota itu.

Nama sekretaris jenderal Liga Arab tersebut telah sering disebut-sebut sebagai calon pemimpin baru Mesir.

Saat protes di seluruh Mesir bergolak guna menuntut penggulingan Mubarak, Amr Mussa mengatakan ia tak keberatan untuk mencalonkan diri sebagai presiden di negara paling padat di dunia Arab itu.

"Saya tentu saja siap mengabdi buat negara saya ... Saya siap mengabdi sebagai seorang warga yang memiliki hak untuk menjadi calon," kata Amr Mussa kepada radio Prancis, Euro 1, sebelum tampil di Bundaran At-Tahrir, tempat utama protes anti-Mubarak.

Amr Mussa (74), mantan menteri luar negeri, adalah tokoh yang dinamis dengan rasa humor dan kharisma yang seringkali menyelimuti mantan atasanya, Mubarak.

Kepopulerannya berpangkal dari sikap kerasnya terhadap Israel dan bahasa yang ramah kepada rakyat Arab.

Beberapa hari setelah protes di Tunisia, Amr Mussa memperingatkan, selama satu pertemuan puncak Arab di Mesir, tentang "kemarahan yang tak pernah ada sebelumnya" di wilayah tersebut.

"Jiwa Arab hancur oleh kemiskinan, pengangguran dan resesi besar ... Masalah politik, yang kebanyakan belum diselesaikan ... telah mengendalikan bangsa Arab ke kekecewaan dan kemarahan yang tak pernah ada sebelumnya," kata Amr Mussa kepada para pemimpin Arab yang kebanyakan tetap bungkam dengan kejadian di Tunisia.

Para diplomat Arab dan Eropa percaya ia adalah seorang calon yang dapat diterima oleh rakyat dan tokoh internasional.

Saat mengundurkan diri, Mubarak menyerahkan kekuasaan kepada dewan militer yang berikrar akan melicinkan jalan bagi pemilihan presiden dan anggota parlemen secara bebas dan adil.

Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata membentuk satu panel untuk mengawasi perubahan undang-undang dasar dengan tujuan meredakan pembatasan bagi calon presiden masa depan.  (*)