PEMBANGUNAN DEPO PERTAMINA BIL TERKENDALA GANGGUAN KEAMANAN

id

         Mataram, 28/3 (ANTARA) Kepala Depo Pertamina Bandara Internasional Lombok (BIL) Jaelani mengemukakan kendala gangguan keamanan itu, pada rapat koordinasi percepatan pembangunan BIL, di Mataram, Senin.

         Rapat koordinasi yang berlangsung di Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) itu, dipimpin Deputi Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) Bidang Ekonomi Tirta Hidayat.

         Pertemuan koordinasi percepatan pembangunan BIL itu juga dihadiri Komisaris Utama PT Angkasa Pura I Suratto Siswodihardjo beserta pejabat utama PT Angkasa Pura I, sejumlah pejabat Dirtjen Bina Marga dan Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum (PU), pejabat PT PLN, dan unsur pemerintahan daerah baik eksekutif maupun legislatif.

         Jaelani mengungkapkan bahwa hari ini pihaknya terpaksa menghentikan pekerjaan tangki Depo Pertamina BIL itu karena adanya ancaman dari kelompok warga setempat, yang mendatangi para pekerja, sekitar pukul 09.00 Wita.                

         "Tadi sekitar pukul 09.00 Wita, masyarakat datang dan mengaluarkan ancaman, sehingga kami menghentikan pekerjaan tangki penampung bahan bakar untuk pesawat," ujarnya.

         Pihaknya juga telah melaporkan tindak pidana pengancaman itu kepada aparat keamanan (polisi dan TNI) dan langsung direspons dengan menerjunkan petugas.

         Pengancaman itu berbuntut pemerasan dan jika tidak dipenuhi tentu proyek pembangunan Depo Pertamina BIL itu tidak akan terselesaikan.

         "Sejauh ini kami sudah berupaya mengakomodir warga dari tiga dusun di sekitarnya, tetapi masih ada tindakan itu dan petugas kami di lokasi BIL itu bekerja dibawah ancaman. Bahkan, kata mereka (pengancam) tidak takut aparat keamanan," ujarnya.     

         Menurut Jaelani, tindakan pengancaman itu sangat menganggu kelancaran pelaksanaan proyek pembangunan Depo Pertamina di bandara internasional itu.

         Pihaknya menargetkan pembangunan depo pertamina itu rampung Mei mendatang, namun dipastikan molor karena para pekerja tidak tenang.

         "Kami sudah melibatkan Densus 88 Polda NTB tetapi masih merasa belum aman. Kalau ditargetkan BIL beroperasi Juli, tapi pekerjaan depo belum rampung, tentu ini masalah serius," ujarnya.

         Proyek pembangunan Depo Pertamina BIL itu dikerjakan PT Barata Indonesia (Persero), BUMN yang bergerak dalam bidang Manufacturing, EPC & Foundry, dengan nilai proyek sebesar Rp45 miliar.

         Project Control PT Barata Indonesia Supriono, juga mengungkapkan pengancaman terhadap para pekerja proyek pembangunan Depo Pertamina BIL itu.

         "Anggarannya sudah kecil, kami diancam pula. Tentu kami tidak bisa bekerja profesional kalau ada kendala teknis berupa ancaman dari pihak-pihak tertentu itu. Nama-nama pelaku pengancaman itu ada di saya kalau ada yang mau," ujarnya.

         Ia mengatakan, pihaknya sudah meminta aparat keamanan untuk memperketat pihak-pihak yang hendak memasuki kawasan BIL.

         "Pemeriksaan di pintu masuk itu sudah sering saya sampaikan kepada pihak pengamanan. Kemarin juga ada beberapa orang yang masuk sampai ke lokasi pembangunan depo dan melakukan pengancaman," ujarnya.

         Menyikapi keluhan pertamina itu, Ketua Komisi III DPRD NTB Misbach Mulyadi, yang juga hadir dalam rapat koordinasi itu, meminta pimpinan rapat untuk mengagendakan rapat koordinasi terkait jaminan keamanan para pekerja proyek BIL.

         "Sebaiknya kita segera rapat untuk menyelesaikan masalah keamanan di BIL. Jangan tunggu lama, agar proyek BIL dapat segera dirampungkan," ujarnya. (*)